Laporan jurnalis Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Meluasnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) menimbulkan semakin beragamnya tantangan di bidang keamanan. Antara lain, praktik pemalsuan audio dan video lebih cepat dan mudah.
Praktek pemalsuan ini diperkirakan akan menyebabkan pemalsuan data dan informasi dalam jumlah besar di kemudian hari karena diragukan keakuratannya.
Untuk itu, perusahaan yang menawarkan jasa dan produk keamanan harus dapat menemukan cara efektif untuk menerapkan teknologi kecerdasan buatan pada berbagai bentuk layanan dan produk keamanan untuk memberikan solusi yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan pemilik bisnis.
“Kami memiliki pengalaman luas dalam menghadapi situasi ini dan kami selalu beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk merespons perubahan pasar,” kata Teruo Inami, presiden dan direktur Secom Indonesia, baru-baru ini di sela-sela perayaan 30 tahun Secom Indonesia di Jakarta.
Teruo Inami menambahkan, misi perusahaannya adalah memberikan keamanan dan ketenangan pikiran kepada pemilik bisnis, serta menjamin keamanan dan perlindungan aset mereka melalui solusi keamanan yang memenuhi standar tinggi Jepang.
Ia berharap meningkatnya kekhawatiran akan keamanan perusahaan di Indonesia juga akan membuka peluang bisnis bagi perusahaan, dan bertujuan untuk meningkatkan penjualan sebesar 20 hingga 30 persen per tahun.
Perayaan HUT ke-30 perseroan dihadiri para pemegang saham seperti PT Surya Pertiwi Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk, PT Multifortuna Asindo, Yayasan Brata Bhakti, serta manajemen dan karyawan.
Perusahaan saat ini memiliki sekitar 2.000 klien selama 30 tahun terakhir sejak didirikan.
Beberapa produk dan sistem unggulan yang dikembangkan antara lain sistem monitoring alarm, CCTV, pengenalan wajah, X-ray, sistem manajemen pengunjung, sistem manajemen kunci dan lain sebagainya.
“Kami berkomitmen untuk meraih peluang baru dengan menetapkan standar baru untuk memperluas layanan kami,” kata Sadahiro Sato, direktur pelaksana SECOM Jepang.
Sadahiro berharap berbagai sektor perekonomian Indonesia, mulai dari ritel, manufaktur, hingga teknologi informasi, dapat mengelola risiko dengan lebih efektif.
Perusahaan tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, namun juga mengambil tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke dalam operasional bisnis.
Upaya-upaya ini fokus pada Tujuan SDG No. 7 (Energi Terjangkau dan Bersih), No. 13 (Aksi Iklim) dan No. 4 (Pendidikan Berkualitas).