Tank Israel Bombardir Kamp Pengungsian, 1 Juta Warga Palestina Kelimpungan Tinggalkan Rafah

Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.

“Dalam 3 minggu terakhir, sekitar 1 juta orang telah meninggalkan Rafah,” kata UNRWA dalam akun X yang dikutip Anadolu.

Jumlah pengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah terus bertambah seiring tentara Israel membombardir kamp pengungsi dan membakar hidup-hidup pengungsi di tenda-tenda di kamp Tal as-Sultan Rafah.

Kecelakaan itu menewaskan lebih dari 50 orang, sebagian besar perempuan, anak-anak dan orang tua. Pertempuran sengit yang dilakukan tentara Israel memaksa satu juta warga Palestina mengungsi dari kamp Rafah menuju daerah bantuan Al Mawazi, sekitar 20 kilometer dari kamp pengungsi Rafah.

Sebuah pernyataan yang dibacakan oleh Wakil Juru Bicara UNOCHA PBB Farhan Haque mengatakan: “Serangan terhadap Rafah terus berlanjut, dan orang-orang yang mengungsi akibat pertempuran tersebut tetap kehilangan tempat tinggal, tanpa makanan, air dan kebutuhan hidup lainnya.”

Meninggalkan Rafah bukanlah jaminan bahwa para pengungsi akan terhindar dari serangan, namun warga Palestina tidak punya pilihan lain. Pengungsi meninggalkan wilayah tersebut dalam kondisi yang mengerikan, kelaparan, kehausan dan perhatiannya teralihkan. Israel memaksa orang pergi ke Al Mawazi

Menurut laporan, sebelum pengeboman, kamp Rafah, tempat perlindungan yang aman bagi para pengungsi, adalah rumah bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina.

Namun, sejak awal Mei, Israel memaksa warga meninggalkan kamp Rafah karena ancaman serangan militer.

Hal ini memaksa banyak warga Palestina mengungsi dengan berjalan kaki dari kawasan Tal al-Sultan di Rafah. Dari video yang diposting oleh Al Jazeera

Khaled Mahmoud, yang tinggal di lingkungan Tal al-Sultan di sebelah barat Rafah, mengatakan: “Penembakan mengguncang tenda kami, anak-anak saya ketakutan, dan kami tidak dapat melarikan diri dari kegelapan karena penyakit ayah saya.”

Setelah para pengungsi Palestina pindah ke zona bantuan, mereka kini menghadapi masalah karena hanya ada sedikit toilet dan sedikit air di Muwaziya.

Banyak dari mereka yang membersihkan lubang pagar yang digali di luar tenda untuk menghindari antrian panjang di toilet umum dan menjaga privasi. Warga Palestina mengatakan mereka terkadang menunggu berjam-jam untuk mengambil air minum dari tangki dan mengirimkannya ke berbagai area di kamp.

“Daerah Al-Mawasi adalah rumah bagi lebih dari 400.000 orang,” tulis Komisaris Tinggi UNRWA Philippe Lazzarini.

“Daerah ini tidak memiliki fasilitas untuk menampung masyarakat dan kurang memiliki keamanan seperti wilayah lain di Jalur Gaza.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *