Tanam Sawit 107 Hektare Petani Langkat Dipercepat

TRIBUNNEWS.COM – Subholding Perkebunan PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV KUD Thani Makmur telah melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit milik petani di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Lahan yang direhabilitasi seluas 107 hektar ini memecahkan rekor nasional dengan membayar biaya bimbingan teknis (Recomtech) serta dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk proses pencabutan dan peremajaan.

“Alhamdulillah, hari ini kami melakukan penanaman pohon kelapa sawit untuk petani Thani Makmur. “Ini sepertinya menjadi rekor penanaman tercepat setelah diterbitkannya rekomendasi teknis Kementerian Pertanian dalam sambutannya.

Bahkan, kurang dari sepekan setelah terbitnya keputusan tersebut, perseroan mampu mempercepat penandatanganan perjanjian tripartit antara koperasi, BPDPKS, dan lembaga keuangan.

“Kami ingin tidak hanya mempercepat tetapi juga mensukseskan model kemitraan antara PTPN dan petani plasma yang telah sukses di Rayau maupun petani non plasma seperti Besitang Langkat,” jelasnya.

PTPN sebenarnya memulai dengan model kemitraan yang kemudian menjadi model terbaik di Indonesia.

Sejak tahun 2019, di Wilayah III (saat itu PTPN V) di Rio, perusahaan peternakan milik negara ini telah meluncurkan 4 program, salah satunya adalah program kemitraan manajemen tunggal, yang mana hingga perkebunan kelapa sawit memasuki masa panen, maka secara keseluruhan pengelolaan perkebunan kelapa sawit rakyat dikelola langsung oleh PTPN.

Tak hanya itu, petani mitra mendapatkan pemetaan geospasial dan juga masuk dalam sertifikasi keberlanjutan seperti Indonesia Sustainable Palm Oil dan Round Sustainable Palm Oil.

“Hasil panen (TM) petani mitra di Riyau dengan pola pengelolaan satu tahun pertama lebih tinggi dibandingkan nasional yang mencapai 18 ton FBB/ha per tahun,” kata Jatmiko.

Ia menjelaskan, melalui kinerja produksi tersebut, petani mitra dapat memperoleh pendapatan bulanan yang tinggi, yakni berkisar Rp 5 hingga 7 juta. Bahkan, koperasi mempunyai neraca hingga sepuluh miliar dan mempunyai kemampuan cepat mengucurkan pembiayaan pembangunan pabrik.

Dengan keberhasilan tersebut, Jatmiko berharap kesuksesan PTPN bersama petani plasma dapat ditransfer ke petani sawit non plasma juga.

Melalui model off-taker yang diajukan, perusahaan tidak hanya menjadi wadah produksi kelapa sawit skala kecil, namun juga membantu budaya teknis dan pembangunan berkelanjutan melalui kerja sama petani plasma dengan PTPN.

“Harapannya bukan hanya satu gaya pengelolaan saja. Ke depan peningkatan uang hibah PSR dari BPDPKS mencapai Rp 60 juta, KUD-KUD yang bisa memperbaharui bisa merasakan manfaat dari pola Off Taker aktif ini, begitu juga kita semua. Kita berharap PSR bisa diperluas dan dipercepat, kedua-duanya bisa kita lakukan,” imbuhnya.

Direktur Pemasaran PTPN III (Persero) Dewey Sutoro mewakili pemegang saham Palmco menyampaikan komitmen perseroan dalam pengembangan Korporasi Petani.

“Kami berharap melalui kelembagaan yang ada seperti KUD, Korporasi Tani dapat memberikan nilai tambah lebih dan menjadi tumpuan bagi keberlangsungan usaha penanaman rakyat di masa depan,” kata Dwi.

Untuk itu, kata Dewey, langkah korporasi SubHolding PTPN IV Palmco yang fokus pada sawit harusnya bisa menjadi pendongkrak PSR nasional yang berada di bawah target pemerintah.

“PalmCo memiliki tujuan membantu petani melaksanakan PSR seluas 60.000 hektar hingga tahun 2026. Ini merupakan salah satu komitmen kami dalam program prioritas proyek strategis nasional PalmCo,” tegasnya kembali.

Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian RI, Ir. Hendratmojo Bagus Hudoro M. yang hadir di lokasi pemasangan.

“Awal Juni lalu Recomtech kembali dipasang di pusat. Ini menjadi bukti efektifitas komunikasi dan kerja sama antara petani, koperasi, dan perusahaan dengan instansi terkait. Kita berharap seperti ini terus berlanjut dan PSR akan terus berkembang,” kata Huduro.

Selain itu, hal ini akan meningkatkan produktivitas kelapa sawit bagi petani kecil, yang akan menghasilkan devisa sebesar $600 triliun, atau menyumbang 60 persen devisa negara, pada tahun 2023, yang jauh lebih besar dibandingkan kelapa sawit. Ladang minyak Indonesia akan membawa pertumbuhan bagi industri kelapa sawit nasional.

Secara terpisah, Pj Gubernur Sumut Hasanuddin memuji komitmen PTPN dalam mendukung petani sawit rakyat.

Hasanuddin berharap Sumut yang memiliki 1,4 juta hektar perkebunan kelapa sawit dan 441.000 hektar di antaranya merupakan perkebunan kelapa sawit rakyat, akan menghadapi berbagai persoalan mulai dari penggunaan benih ilegal hingga penuaan tanaman.

“Kami sangat berterima kasih kepada PTPN IV PalmCo yang telah menjadi mitra PSR bagi para petani dan koperasi di Langkat. Kami berharap inisiatif serupa dapat dimulai di peternakan rakyat lainnya,” kata Hasanuddin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *