Takut Diamuk Rudal Rusia, Sekjen NATO Tegaskan Tidak Akan Ikut Campur dalam Konflik Ukraina

Dilansir reporter Tribunnews.com, Namira Yunia

MOSKOW TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan aliansi tersebut mengirimkan sinyal bahwa mereka tidak akan terlibat langsung dalam perang di Ukraina.

Pengumuman Stoltenberg muncul setelah Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Volodymyr Zelensky menandatangani perjanjian kerja sama keamanan sepuluh tahun pada Senin lalu yang mencakup izin mereka untuk beroperasi di Ukraina. Ketentuan mekanisme peluncuran rudal dan drone Rusia ke wilayah udara Polandia.

Stoltenberg memulai konflik untuk mencegah kekejaman Rusia yang dapat memicu perang di Eropa. Selain itu, Rusia baru-baru ini mengancam akan memberikan senjata dan rudal canggih kepada musuh-musuh Amerika.

Rencana tersebut terungkap sebagai tanggapan terhadap pengiriman senjata baru-baru ini ke Ukraina dari Washington dan sekutunya termasuk Inggris dan Perancis.

Belum ada penjelasan negara atau wilayah mana yang nantinya bisa dianeksasi Rusia, namun rencana tersebut bisa memperburuk situasi di Eropa yang saat ini sedang memanas akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Oleh karena itu, kami mendukung Ukraina dalam menghancurkan pesawat Rusia, namun NATO tidak akan terlibat langsung, kata Stoltenberg seperti dikutip Kyiv Independent.

Senada dengan Sekretaris Jenderal NATO, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan AS tidak akan terlibat langsung dalam perang di Ukraina. Sebagai imbalannya, Amerika Serikat akan berupaya memberikan pertahanan udara ke Kiev untuk mencegah serangan udara Rusia.

Selain itu, guna mencegah meluasnya perang antara Ukraina dan Rusia, Sekjen NATO juga menyatakan pihaknya tidak berencana mengirimkan pasukan khusus ke Ukraina. Negara-negara NATO menggunakan rudal nuklir untuk mengancam Rusia

Ini bukan pertama kalinya Putin melakukan gertakan seperti ini. Pemimpin Rusia itu berulang kali mengancam akan meluncurkan senjata nuklir jika ada yang mengganggu kedaulatan Rusia.

“Kami siap menghadapi perang nuklir, tapi menurut saya hal ini tidak terburu-buru. Jika Barat mengganggu kedaulatan atau kemerdekaan Moskow, hal itu justru akan memicu konfrontasi nuklir,” jelas Putin. “

Dapat dipahami bahwa senjata taktis dirancang untuk mencapai tujuan militer yang lebih terbatas untuk memenangkan pertempuran.

Senjata mematikan ini dipasang pada sebuah rudal, sebuah bom udara.

Rusia mengklaim dengan senjata tersebut, hulu ledak nuklir taktis dapat memberikan keleluasaan kepada komandan militer di medan perang.

Senjata taktis buatan Rusia diperkirakan memiliki kekuatan 1.000 ton hingga 50 ton.

Dari segi skala, senjata yang menghancurkan Hiroshima berkekuatan 15 ton. Satu ton kilogram setara dengan 1.000 ton TNT, yang jauh lebih kuat dan berbahaya dibandingkan energi nuklir yang menghancurkan Hiroshima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *