Tak Terima dengan Kebijakan Biden soal Gaza, Juru Bicara Deplu AS Putuskan Mundur dari Jabatan

TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang berbahasa Arab, Hala Rharrit, memutuskan untuk mengundurkan diri.

Alasan Rharrit mengundurkan diri karena penolakannya terhadap kebijakan pemerintahan Joe Biden terkait perang di Gaza.

Ini adalah ketiga kalinya seorang anggota departemen mengundurkan diri karena alasan yang sama sejak dimulainya perang, mengutip Reuters.

Hala Rharrit juga merupakan wakil direktur Pusat Media Regional Dubai dan bergabung dengan Departemen Luar Negeri hampir dua dekade lalu sebagai pejabat kebijakan dan hak asasi manusia.

Wafa mengabarkan, Rharrit resmi mengundurkan diri mulai Rabu (24/4/2024).

Pengunduran dirinya dikonfirmasi di halaman biografi Departemen Luar Negeri.

Dalam sebuah pernyataan yang ditautkan kepadanya di halaman LinkedIn-nya yang diyakini miliknya, Rharrit mengatakan dia telah bekerja di departemen tersebut selama 18 tahun dan memutuskan untuk mengundurkan diri pada bulan ini.

“Saya akan mundur pada April 2024, setelah 18 tahun mengabdi dengan baik dalam menentang kebijakan AS di Gaza,” tulisnya.

Menurutnya, yang dibutuhkan di Gaza saat ini adalah perdamaian.

“Diplomasi, bukan senjata. Jadilah kekuatan perdamaian dan persatuan,” imbuhnya.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri, ketika ditanya tentang pemecatan tersebut pada konferensi pers hari Kamis, mengatakan bahwa departemen tersebut memiliki saluran bagi para pegawai untuk menyampaikan pendapat mereka ketika mereka tidak setuju dengan kebijakan pemerintah.

Diketahui, Rharrit memulai karirnya di Dinas Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun 2006.

Sejak menjabat, ia telah ditugaskan di beberapa negara.

Mulai dari Yaman, Hong Kong, Qatar hingga Afrika Selatan.

Keputusan Rharrit mundur menambah tren di Kementerian Luar Negeri.

Sebelumnya, banyak pekerja yang mengundurkan diri karena tidak setuju dengan kebijakan Presiden Joe Biden di Gaza.

Misalnya, Annelle Sheline mengundurkan diri dari jabatannya bulan lalu.

Annelle Sheline adalah petugas hak asasi manusia di Departemen Luar Negeri.

Setelah mengundurkan diri, ia menjelaskan alasan ketidakmampuannya menjalankan perannya di departemen hak asasi manusia berdasarkan kebijakan pemerintahan saat ini.

Selain Sheline, pegawai lain yang mengundurkan diri adalah Josh Paul.

Josh Paul merupakan mantan pejabat Departemen Luar Negeri yang mengundurkan diri pada Oktober 2023.

Dia mengatakan meskipun PHK dapat memberikan tekanan pada pemerintah, perubahan kebijakan besar-besaran masih akan sulit dilakukan.

Pejabat senior Departemen Pendidikan AS, yang merupakan warga Palestina-Amerika, Tariq Habsh, juga mengundurkan diri pada bulan Januari.

Pemecatan berturut-turut ini terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap dukungan Washington yang tak tergoyahkan terhadap Israel.

Apalagi ketika undang-undang terbaru mengizinkan bantuan AS senilai 26 miliar dolar kepada Israel.

Tentu saja hal ini menuai kritik dari komunitas internasional dan kelompok hak asasi manusia.

Pada bulan November, lebih dari 1.000 pegawai Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), bagian dari Departemen Luar Negeri, menandatangani surat terbuka yang menyerukan gencatan senjata segera. Konflik Palestina x Israel

Israel menyerang Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Serangan ini mengakibatkan kematian 34.356 warga Palestina.

Kebanyakan korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Jumlah korban luka akibat serangan Israel bertambah menjadi 77.368 warga Palestina.

Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk di wilayah tersebut kehilangan tempat tinggal karena kekurangan makanan, air minum dan obat-obatan.

Sementara itu, 60 persen infrastruktur provinsi tersebut rusak atau hancur.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel lain terkait Joe Biden dan konflik Palestina x Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *