Tak Hanya untuk Keperluan Pribadi, Uang Kementan Juga Dipakai SYL untuk Bayar THR Sopir dan ART

TRIBUNNEWS.COM – Ketua Komisi Pengaturan Alat Pertanian Fujri Jufri membeberkan permintaan Tunjangan Hari Raya (THR) dari mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yassin Limpoil (SYL) kepada pekerja rumah tangganya.

Hal itu disampaikan Fajri saat hadir dalam kasus sikap pilih kasih dan penerimaan uang oleh organisasi SYL serta agenda identifikasi saksi di Pengadilan Tinggi Jakarta pada Selasa 22/5/2024 sore.

Fajri mengatakan, uang THR tersebut diatur untuk supir, penjaga, dan PRT di rumah SYL.

Tersangka Kasdi Subagyono, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian memberi tahu SY tentang uang THR.

Artinya kita siapkan supir, satpam, dan pembantu rumah tangga, masing-masing akan kita bagi, kata Fadjry seperti dilansir Kompas.com, Kamis (23/5/2024).

Menurut Fadjry, permintaan uang THR ini terjadi dua kali, yakni pada 2021 dan 2022.

Selama ini, Fajri tetap menjabat sebagai Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Soal besaran uang THR, Fadjry mengatakan SYL belum menentukannya.

Maka Fajri dan petugas Balitbangtan bernegosiasi dan mengumpulkan uang sebesar Rp50 juta untuk membayar THR kepada staf rumah SYL.

“Itulah hasil diskusinya. “Tidak langsung ke menteri, (tapi) ke buruh dan lain-lain,” kata Fajri.

Fajri mengatakan, dana sebesar 50 juta Naira dialokasikan untuk perjalanan dinas dan pemeliharaan kantor.

Setelah itu, Fajri dan rombongan langsung menyerahkan uang tersebut kepada pengemudi, petugas keamanan, dan pembantu rumah tangga kelompok SYL.

Jika masih ada sisa uang, biasanya dikirimkan ke SYL melalui asistennya.

“Jadi tidak semuanya langsung ke menteri. Kalau ada sisa dari situ biasanya (diserahkan ke SYL). “Ada Rp10 juta yang dibagi dan diserahkan kepada asisten,” kata Fajri.

Anak-anak SYL dikenal dengan Protokol Palak Kementerian Pertanian

Putra mantan Menteri Pertanian (Mentan) Sayahrul Yasin Limpo ini konon sudah berkali-kali meminta alat ke Kementerian Pertanian.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian Rininta Octorini saat menjadi saksi dalam kasus korupsi di Kementerian Pertanian.

Saksi mengungkapkan, bocah lelaki bernama Indira Chunda Thitta Sayahrul (Titta) meminta tiket pesawat, bunga, bahkan kue ulang tahun.

Permintaan tiket pesawat Thita kemudian dikirimkan ke Dirjen Pertanian Kementerian Pertanian.

“Tapi Bu Tita, tiketnya dapat dari mana? Apakah ini namanya Tanaman Pangan?” Jaksa meminta Rini bersaksi dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (22/5/2024).

“Saat itu Mas Panji (Asisten SYL) bilang tentang Bu Thita dan mengajaknya ke restoran,” jawab Rini.

Menurut Rini, Tita beberapa kali meminta tiket pesawat untuk menuju Makassar. Tiket yang dibeli pada hari itu adalah kelas bisnis.

Faktanya, dia tidak memiliki jabatan sebagai pegawai di Kementerian Pertanian.

“Sudah berapa kali kamu memesan tiket ini dari Tita? Lebih dari sekali?” kata jaksa

Biasanya ke Makassar. Urusan,” kata Rini.

“Dia pegawai di Kementerian Pertanian, bukan?” kata jaksa.

“TIDAK.”

Sementara itu, beberapa orang kerap dikirimi kue dan bunga.

Thitta Rini ditanya langsung melalui WhatsApp sesuai aturan menteri pertanian.

Kemudian Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pertanian memenuhi permintaan tersebut.

“Bu Thita suka langsung WA ke saya kalau biasanya disuruh kirim buket bunga atau pesan kue ulang tahun. Sering kali saya informasikan ke RTP,” ujarnya.

Tak hanya Thita, cucu SYL Tenri Bilang Radinsya (BB) itu pun mendapat perlengkapan lewat tiket pesawat.

Rini mengatakan, dia membelikan tiket pesawat Bibi atas permintaan Tita.

Kemudian lamaran dikirimkan ke kantor pusat Kementerian Pertanian.

“Kalau dibilang Tenri Radisya, tanyanya siapa? Dirjennya siapa?” tanya jaksa pada Rini.

“Tidak masalah, jadi biasanya saya tanya ke Kantor Pusat,” kata Rini.

“Kenapa penuh?”

Karena saya mendapat petunjuk langsung dari Bu Thita,” kata Rini.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Ashri Fadilla)(Kompas.com/Tria Sutrisna)

Baca artikel lainnya terkait dugaan korupsi di Kementerian Pertanian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *