TRIBUNNEWS.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan alasannya mengenakan kemeja kuning pada penutupan Konferensi Nasional (Munas) XI Golkar yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Jakarta Senayan, Rabu (21/1). 8/2024).
Pakaian Jokowi di Munas Golkar menarik perhatian masyarakat karena warnanya yang hampir sama dengan pakaian yang dikenakan para taruna yang menghadiri konferensi tersebut.
Lebih lanjut, sebelum Munas Golkar digelar, beredar kabar bahwa Jokowi akan mengambil alih Golkar dan menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Golkar dengan kekuasaan yang berlebihan.
Jokowi pun menjelaskan alasannya mengenakan kaos kuning di akhir Munas Golkar.
Nomor RI. Saya mengatakan dia hanya mengenakan kemeja kuning untuk disesuaikan dengan acara yang dia tuju.
Selain itu, sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih kepada Munas Golkar yang memiliki Ketua Umum (Ketum) baru Bahlil Lahadalia.
“Mungkin dia akan bertanya kenapa saya pakai baju kuning? Kenapa? Nanti ada yang bilang saya kasih sepeda,” kata Jokowi.
Ya, bajunya tertata, baju yang saya kenakan untuk menghormati, untuk menghormati penyelenggara acara ini, namanya Partai Golkar, mereka tidak akan kemana-mana, kata Jokowi.
Lanjut Jokowi, “Kita salut dan mengapresiasi perayaan besar Partai Golkar yang telah mempunyai Ketua Umum baru, Pak Bahlil Lahadalia yang menjabat sebagai Menteri ESDM.”
Bahlil pernah diketahui sempat bercanda dengan Jokowi saat berkunjung ke Munas Golkar.
Dalam pidato politiknya, Bahlil memberi hormat kepada Jokowi yang saat itu mengenakan kemeja kuning.
“Saya kira sudah keluar tim Golkar yang baru. Ternyata itu milik Presiden. Karena bajunya kuning,” kata Bahlil kepada Jokowi.
Bahlil kemudian tertawa dan tampak senang dengan penampilannya di hadapan Presiden.
“Saya juga sedang berpikir untuk mematenkan produk ini. Bukankah layak? Ingatlah hal ini,” ujarnya. Bahlil Bantah Kabar Jokowi Akan Jadi Ketua Dewan Pertimbangan Golkar
Soal Jokowi menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Golkar, Bahlil membantahnya.
Sebab, ia mengaku sempat membahas soal peluang terkait Dewan Pembina Partai Gölkar ke depan.
Namun, Bahlil mengatakan hal tersebut tidak benar jika yang dimaksud adalah Jokowi.
Ketua Umum Golkar yang juga menjabat Menteri Energi dan Mineral (ESDM) itu mengimbau masyarakat tidak terus-terusan berpikiran negatif.
Sebab, menurutnya, hal tersebut dapat menyebabkan kemajuan negara Indonesia melambat.
“Pertama-tama, teman-teman kita harus berpikir dengan baik.
“Negeri ini lamban bergerak karena ide-ide kita pada awalnya salah,” kata Bahlil dalam konferensi pers Musyawarah Nasional Golkar IX yang digelar di GCC, Jakarta, Rabu.
“Jadi tidak ada hubungannya dengan Presiden Jokowi pernah mau jadi Ketua Dewan Pembina. Saya sudah sampaikan, tidak ada. Jadi itu tidak benar,” tegasnya.
Namun di sisi lain, Bahlil mengaku tidak bisa menghalangi siapapun untuk berasumsi mengenai hal tersebut, karena itu adalah proses demokrasi.
Ia hanya menegaskan, jika apa yang dipikirkan masyarakat menjadi kenyataan, maka itu menjadi kabar baik bagi Partai Golkar.
“Tapi kita tidak bisa menghentikan masyarakat untuk berasumsi. Negara kita adalah negara yang dipimpin oleh demokrasi,” jelasnya.
“Iya, semoga saja kalau orang itu mengucapkan doanya, diterima di sisi Allah. Jadi tidak ada yang seperti itu,” tambah Bahlil.
(Tribunnews.com/Rifqah/İbriza Fasti/Taufik İsmail)