TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia merespons perubahan iklim dengan berbagai kebijakan untuk mengurangi emisi karbon, seperti komitmen Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 melalui program restorasi hutan dan lahan gambut.
Untuk mendukung hal tersebut, Dewan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Taiwan (TAITRA) dan Administrasi Perdagangan Internasional Taiwan (TITA) di bawah Kementerian Keuangan (MOEA) meluncurkan kampanye Go Green with Taiwan.
Kampanye ini bertujuan untuk mempromosikan solusi ramah lingkungan Taiwan dan mendorong kerja sama teknologi untuk mencapai manfaat lingkungan dan ekonomi.
“Tujuan utama dari kampanye ini adalah kelestarian lingkungan dan ekonomi, dengan penekanan pada teknologi dan efisiensi penggunaan berbagai sektor. Proyek yang diusulkan akan dievaluasi berdasarkan kelestarian lingkungan dan ekonomi, kemampuan, keterampilan, dan koneksi ke produk atau solusi dari Taiwan. perusahaan,” ujarnya, Direktur Jenderal Otoritas Perdagangan Internasional (TITA), Ibu Cynthia Kiang memberikan pernyataan pada Kamis, 31 Juli 2024.
Kampanye ini mengundang masyarakat dari seluruh dunia untuk menunjukkan kreativitasnya dengan mengirimkan ide-ide yang menggabungkan ide ramah lingkungan dengan solusi dari Taiwan.
Selain untuk mempromosikan perusahaan ramah lingkungan di Taiwan, proyek ini juga bertujuan untuk melindungi dunia melalui kerja sama internasional, dan tiga proyek terbaik akan mendapatkan hadiah sebesar USD 20,000.
Terdapat empat kategori yang harus dilengkapi oleh perusahaan yang ingin mengajukan proposal kampanye Go Green With Taiwan.
Yang pertama adalah tentang kelestarian lingkungan dan ekonomi, potensi, inovasi dan terakhir tentang menghubungkan produk atau solusi dari perusahaan Taiwan. Penawaran dibuka mulai 19 Juni hingga 31 Agustus 2024.
Produk Taiwan yang dapat digunakan untuk menerapkan Go Green di Indonesia antara lain berbagai teknologi dan solusi cerdas. Misalnya, di bidang penyimpanan energi, Taiwan menawarkan solusi baterai dan solusi penyimpanan energi untuk pengoperasian.
Untuk menghemat energi ada hal-hal seperti lampu LED hemat energi dan peralatan hemat energi. Dalam upaya mengurangi emisi karbon, Taiwan menawarkan teknologi kendaraan listrik dan pilihan transportasi ramah lingkungan.
Selain itu, material perlindungan lingkungan dari Taiwan, seperti material bangunan ramah lingkungan dan material daur ulang, dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Teknologi pengelolaan lingkungan dan ekonomi sirkular dari Taiwan juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi limbah.
Kerjasama Indonesia dan Taiwan dalam kampanye ini dapat menciptakan kemitraan yang kuat dalam melawan pemanasan global. Produk dan solusi ramah lingkungan dari Taiwan dapat diadaptasi dan digunakan di Indonesia untuk mendukung upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
Misalnya, teknologi pembangkit listrik tenaga surya dan angin dari Taiwan dapat membantu Indonesia mencapai target integrasi energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025.
“Selain itu, pendidikan dan kampanye publik yang menjadi bagian penting dari strategi Indonesia dapat diperkuat dengan pengalaman dan cara Taiwan dalam mempromosikan lingkungan hidup. Melalui kerja sama ini, kedua negara dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dalam menciptakan solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup. pemanasan global,” ujarnya. Cynthia Kiang.