Sven-Goran Eriksson Meninggal Dunia, Timnas Indonesia Pernah Jadi Saksi Kehebatan Taktiknya

TRIBUNNEWS.COM – Dunia sepak bola kehilangan salah satu pelatih legendarisnya, Sven Goran Eriksson.

Sven Goran Eriksson meninggal pada usia 76 tahun.

Pelatih legendaris itu sebelumnya didiagnosa menderita kanker pankreas.

Bagi para pecinta sepak bola, sosok Sven-Goran Eriksson mempunyai tempat tersendiri di hati mereka.

Tak terkecuali bagi para penggemar timnas Indonesia, di mana Sven-Goran Eriksson terlibat dalam sejarah.

Selama karir kepelatihan Eriksen yang panjang, ia diketahui telah melanglang buana ke berbagai negara.

Filipina menjadi salah satu negara yang beruntung bisa merasakan tangan dingin pria kelahiran Swedia ini.

Filipina menunjuknya sebagai pelatih kepala timnas mulai 27 Oktober 2018 hingga 25 Januari 2019.

Bisa dipastikan, masa kepelatihan Eriksson di Filipina tidaklah lama. Sven-Goran Eriksson (kanan) dan David Beckham saat sesi latihan Inggris di Stadion Ernst Happel, Wina, 3 September 2004. (NICOLAS ASFURI/AFP)

Namun, pihaknya menyadari ketatnya persaingan di Asia Tenggara.

Dia mewakili Filipina di Piala AFF 2018.

Saat itu, Eriksson Filipina bertemu timnas Indonesia.

Timnas Indonesia saat itu dilatih oleh pelatih Bima Sakti, dikutip Transfermark.

Laga Ericsson Filipina kontra Timnas Indonesia berlangsung pada 25 November 2018.

Saat itu, Askals dan Garuda saling berhadapan di babak penyisihan grup.

Persaingan semakin ketat.

Filipina yang biasanya mudah menyerang Garuda terbukti menjadi tim yang cukup meresahkan.

Bahkan Timnas Indonesia sempat dibuat frustrasi hingga akhir pertandingan.

Saat itu, pasukan Sven Goran Eriksson berhasil menahan imbang Timnas Indonesia dengan skor 0-0.

Monser di Eropa

Apalagi, era kejayaan Sven Goran Eriksson sudah semakin dekat di Eropa.

Khususnya saat mulai menangani IFK Gothenburg pada tahun 1979.

Bakat Eriksson pun langsung menarik minat Benfica untuk meminangnya sebagai pelatih.

Tak butuh waktu lama bagi Eriksen untuk memantapkan nama dan reputasinya di benua biru.

Setelah baru bermain 18 kali untuk Benfica, ia langsung menerima tawaran melatih Roma.

Dia adalah ahli taktik Giallorossi dari tahun 1984 hingga 1987.

Petualangan tidak berhenti di situ.

Melewati tahun 1992, Eriksson kembali melatih Sampdoria Italia.

Lazio jatuh cinta dengan ketenarannya dan melamarnya pada tahun 1997.

Mengelola timnas Inggris tentu menjadi pencapaian terbesar Eriksen.

Dia diyakini pernah menjadi kapten seperti David Beckham, Paul Scholes, Steven Gerrard dan Michael Owen.

Koleksi trofi Sven-Goran Eriksson memang tak begitu mentereng.

Ia menjadikan Benfica juara Liga Portugal sebanyak 3 kali.

Ia pernah membantu Benfica menjuarai Piala Portugal.

Kesuksesan terbesar Eriksson datang saat ia menjadi pelatih Lazio.

Bersama Gialloblu, Eriksson meraih 1 Piala Liga Italia dan 1 trofi Piala Super Eropa.

Selain itu, ia juga membantu Lazio meraih 2 trofi Coppa Italia.

(Tribunnews.com/Guruh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *