Susul Pengunduran Diri Hasina, Presiden Bangladesh Perintahkan Pembebasan Mantan PM Khaleda Zia

TRIBUNNEWS.COM – Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin memerintahkan pembebasan mantan Perdana Menteri Khaled Zia dari penjara pada Senin (8/5/2024).

Perintah tersebut dikeluarkan beberapa jam setelah saingan beratnya, mantan perdana menteri Sheikh Hasina, digulingkan dan meninggalkan negara tersebut.

Dikutip Al Jazeera, tim pers kepresidenan mengatakan dalam pernyataannya bahwa pertemuan yang dipimpin Shahabuddin memutuskan untuk segera membebaskan Ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), Begum Khaleda Zia.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Waker-Uz-Zaman, beserta para panglima Angkatan Laut dan Angkatan Udara, serta para pemimpin penting sejumlah partai oposisi, termasuk BNP dan Partai Jamaat-e-Islami.

Dalam siaran persnya, Presiden juga menyampaikan bahwa ada keputusan untuk membebaskan semua orang yang ditangkap saat aksi protes mahasiswa.

“Dalam pertemuan itu juga diputuskan untuk membebaskan seluruh orang yang ditangkap saat demonstrasi mahasiswa,” tambah pernyataan Presiden.

Diketahui, pemimpin oposisi utama yang dua kali menjabat perdana menteri Bangladesh itu divonis 17 tahun penjara pada 2018 karena korupsi.

Khaleda Zia didakwa melakukan penyalahgunaan kekuasaan dengan merusak sekitar Rp 4 miliar yang merupakan sumbangan ke yayasan yatim piatu.

BNP menuduh kasus-kasus tersebut dibuat-buat dan bertujuan untuk menjauhkan Zia dari politik, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Hasa.

Baik Zia maupun Hasina sendiri telah lama menghindari dan mempolarisasi politik di negara Asia Selatan ini.

Meskipun Liga Awami memandang dirinya sebagai partai dengan ideologi moderat dan sekuler, BNP dituduh mendukung ekstremis garis keras.

India Today melaporkan bahwa Zia, yang memimpin Partai Nasionalis Bangladesh, oposisi utama Liga Awami yang dipimpin oleh Hasina, dipandang sebagai penentang keras pemerintahannya.

Sejak Hasina pertama kali menjadi perdana menteri pada tahun 1996, ia dan Khaleda Zia kemudian memimpin pemerintahan selama bertahun-tahun.

Persaingan mereka diwarisi oleh suami Zia, Ziaur Rahman, yang mengambil alih kekuasaan setelah pembunuhan ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, yang juga dibunuh pada tahun 1981.

Sebelumnya, lebih dari 2.000 orang telah ditangkap sejak bulan lalu saat melakukan protes terhadap kuota pekerjaan pemerintah, sehingga timbul seruan agar Hasina mengundurkan diri dari jabatannya.

Setelah Hasina jatuh, Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan pemerintahan sementara akan dibentuk dan penyelidikan atas kematian yang terjadi selama protes selama berminggu-minggu.

“Saya berjanji kepada Anda semua bahwa kami akan mencapai keadilan atas semua pembunuhan dan ketidakadilan. Kami meminta Anda untuk percaya pada tentara negara ini. Saya bertanggung jawab penuh dan menjamin Anda tidak akan menyerah,” kata sang jenderal.

Jam malam untuk meredam kerusuhan selama protes yang menewaskan sedikitnya 300 orang juga dicabut pada Selasa (06/08/2024).

(mg/Mardliyyah)

Penulis magang di Universitas Sebelas Maret (UNS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *