Survei soal EV, Populix: Masyarakat Masih Khawatir Sisa Baterai dan Ketersediaan Infrastruktur

Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Lita Fabriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Populix, perusahaan penyedia layanan data dan riset, baru saja merilis hasil studi “Electric Vehicle Dynamics: Publishing Consumer Perspectives and Market Insights”.

Penelitian dilakukan pada tanggal 15-25 Maret 2024. Survei sendiri dilakukan secara online terhadap total 350 responden di Jakarta, baik pria maupun wanita berusia 17 hingga 45 tahun yang memiliki kendaraan listrik.

Survei yang dilakukan mengungkapkan lebih dari separuh responden mengkhawatirkan sisa daya baterai selama perjalanan, yaitu 65 persen.

Selain itu, cakupan jarak tempuh dibatasi hingga 61 persen dan tidak semua bengkel menerima perbaikan, meski 49 persen kerusakan bukan disebabkan oleh kelistrikan.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau pilihan pengisian daya (43 persen) dan lokasi stasiun pengisian daya yang masih sedikit (42 persen), juga menjadi tantangan bagi konsumen dalam menggunakan kendaraan listrik.

Dengan pertumbuhan pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia, kerja sama antara regulator dan produsen EV menjadi semakin penting, kata Timothy Stando, CEO dan salah satu pendiri Populix.

Hal ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan mendasar seperti aksesibilitas, jarak, biaya dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang menghambat integrasi kendaraan listrik ke dalam mobilitas konsumen sehari-hari, serta perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia, kata Timothy. pada konferensi pers di Jakarta, Kamis (6/6/2024).

Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa 59 persen pemilik kendaraan listrik merasa paling nyaman mengisi daya kendaraan listriknya di rumah.

Sementara itu, hanya 15 persen responden yang menggunakan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

Lokasi penukaran baterai kendaraan listrik terpopuler berikutnya adalah lokasi merek pemerintah sebesar 78 persen, disusul Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sebesar 42 persen.

Frekuensi penggunaan SPKLU atau SPBKLU oleh pemilik kendaraan listrik juga sangat bervariasi, dimana 55 persen responden melakukan pengisian daya di lokasi ini setidaknya seminggu sekali dan bahkan lebih sedikit lagi yang menggunakannya setiap hari.

Lanjutkan dengan bagian-bagiannya. Dalam studi Populix yang mengamati kategori sepeda listrik, tujuan utama penggunaannya adalah untuk membeli barang sehari-hari sebesar 79 persen, untuk menjemput teman atau anggota keluarga sebesar 62 persen, untuk mengunjungi teman atau keluarga sebesar 58 persen, untuk mengirim barang untuk keperluan sehari-hari. 23 persen, dan 13 persen. melibatkan bekerja.

Survei juga menunjukkan bahwa konsumen mengharapkan harga rata-rata Rp4.700.000 dan jangkauan 12,32 km untuk sepeda listrik untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya.

Sedangkan merek sepeda listrik yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Uwinfly sebesar 32 persen, Exotic sebesar 22 persen, dan Polygon sebesar 12 persen.

Terkait sepeda motor listrik, 72 persen responden menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari, 57 persen untuk mengunjungi teman atau keluarga, 57 persen untuk bekerja, dan 46 persen untuk perjalanan dalam kota.

Untuk mencapai tujuan tersebut, konsumen menilai jarak tempuh sepeda motor listrik yang ideal adalah 74,93 km.

Sedangkan ekspektasi konsumen terhadap rata-rata harga sepeda motor listrik adalah Rp 18.000.000, dengan tiga merek sepeda motor listrik yang paling banyak digunakan adalah Volta sebesar 15%, Honda sebesar 15%, dan Polytron sebesar 13%.

Sedangkan tujuan utama penggunaan mobil listrik adalah 71 persen untuk mengunjungi teman atau keluarga, 69 persen untuk bepergian dalam kota, 67 persen untuk menjemput teman atau keluarga, dan 60 persen untuk kebutuhan sehari-hari.

Rata-rata pengguna menilai harga mobil listrik yang ideal adalah Rp 250.000.000 dengan jarak tempuh 261,18 km.

Saat ini mobil listrik yang paling banyak digunakan adalah Voling 57%, Hyundai 24%, dan Toyota 9%.

Vice President Research Populix Indah Tanip menjelaskan, saat ini pembelian kendaraan listrik sangat didorong oleh program promosi.

Bentuk iklan yang paling disukai konsumen antara lain diskon khusus dari produsen, seperti diskon atau pengembalian dana sebesar 65 persen, garansi baterai atau perangkat sebesar 65 persen, diskon langsung sebesar 57 persen atau dukungan pemerintah dalam bentuk insentif, serta penawaran paket khusus. Periode 43 persen,” kata Inda.

Mayoritas responden mencari informasi mengenai kendaraan listrik di media sosial dan saluran online, 89 persen, dan 80 persen tentang aset BTL.

Lima sumber media sosial dan saluran online teratas yang digunakan meliputi iklan YouTube sebesar 39%, media sosial merek resmi sebesar 35%, iklan Instagram sebesar 22%, dan ulasan forum online.

Sedangkan untuk kategori BTL (Below the Line), 53 persen menyebutkan rekomendasi dari teman dan keluarga sebagai sumber informasi terpercaya, disusul 41 persen di pameran mobil di mall, dan 27 persen di GIIAS atau event otomotif seperti IIMS.

Di sisi lain, selain aset BTL, responden juga mencari informasi tentang kendaraan listrik dari aset ATL (Above the Line), khususnya publikasi otomotif atau situs web, dan 20 persen merespons melalui donatur terpercaya dan poster jalanan. Atau iklan billboard menjadi sumber informasi bagi 17 persen responden.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *