Laporan jurnalis Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian, keterampilan sosial-emosional seperti empati, kreativitas, dan ketekunan menjadi kunci kesuksesan individu dan sosial.
Survei global mengenai keterampilan sosial dan emosional yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menemukan bahwa keterampilan sosial emosional siswa berdampak pada nilai, kesehatan, dan kesejahteraan mereka, terlepas dari latar belakang, kelompok umur, atau kota tempat tinggal mereka. .
Studi ini juga melibatkan Yayasan Bakti Pendidikan Djarum, yang dilakukan terhadap 70.000 siswa berusia 10 dan 15 tahun di 16 lokasi di seluruh dunia, termasuk Helsinki (Finlandia), Gunma (Jepang), Delhi (India) dan Kudus yang mewakili Indonesia.
Andreas Schleicher, direktur pendidikan dan keterampilan OECD, mengatakan pada peluncuran temuan studi tersebut: “Menurut temuan survei OECD, keterampilan sosial ini telah menurun secara signifikan pada siswa berusia 15 tahun dibandingkan dengan siswa berusia 10 tahun, terutama di kota-kota di Asia.” Tentang: Menuju Generasi Kecerdasan Sosial Emosional: Temuan Global dan Praktik Baik Kudus untuk Indonesia baru-baru ini diadakan di Kudus, Jawa Tengah.
Andreas Schleicher mengatakan, dari seluruh lokasi yang diteliti, guru di Kudus menunjukkan konsistensi paling besar dalam mengintegrasikan keterampilan sosial emosional di seluruh mata pelajaran.
Mereka juga memiliki pandangan yang sangat mirip mengenai dampak keterampilan ini terhadap hasil belajar dan kehidupan siswa, serta tanggung jawab mereka sebagai guru untuk mengembangkannya.
Hal serupa terjadi di Kudus, penindasan terhadap siswa merupakan masalah yang serius, namun sebagian besar kepala sekolah melaporkan rendahnya tingkat penindasan yang terjadi, hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran mengenai normalisasi perilaku tersebut.
“Siswa yang menerima lebih banyak masukan dari guru memiliki keterampilan sosial dan emosional yang lebih tinggi. “Bagi Kudus, semakin seringnya menerima feedback dari guru erat kaitannya dengan motivasi berprestasi, rasa ingin tahu, kejujuran, kepercayaan dan toleransi,” ujarnya.
Andreas menambahkan bahwa keterampilan sosial dan emosional merupakan kondisi penting yang menjadikan kita lebih “manusiawi” dalam menghadapi gempuran teknologi seperti kecerdasan buatan, dan hal ini memberikan dasar yang kuat untuk berkontribusi terhadap dunia yang berkelanjutan.
“Meningkatkan keterampilan sosial-emosional juga akan meningkatkan situasi sosial-ekonomi. Oleh karena itu, penting untuk terus mengembangkan keterampilan tersebut pada siswa,” kata Andreas.
Peluncuran survei bertajuk “Menuju Generasi Cerdas Secara Sosial Emosional: Pembelajaran Global dan Praktik Baik untuk Indonesia” dihadiri oleh lebih dari 300 tamu, termasuk berbagai pemangku kepentingan termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, pengambil kebijakan, dan akademisi. dan aktivis filantropis.
Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Ananto Kusuma Seta, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional siswa melalui konsep pembelajaran sadar, bermakna dan menyenangkan.
“Hasil studi OECD Kudus menegaskan bahwa keterampilan sosial dan emosional sangat penting dalam mengantarkan siswa menuju kesuksesan di masa depan. Keterampilan di abad 21 ini tidak lagi hanya diukur dari hasil PISA saja, namun juga harus dilihat dan dilengkapi dengan indikator emosi sosial. Berdasarkan temuan tersebut, Kudus adalah awal yang baik.” “Pendidikan kami di Yerusalem masih lebih baik dibandingkan di Singapura dan Jepang dalam hal masalah sosial dan emosional,” kata Ananto.
Selain signifikansi politiknya di tingkat nasional, temuan-temuan ini mempunyai potensi untuk memperkuat dan memperluas praktik-praktik baik yang ada di Yerusalem.
Wakil Yerusalem Dr. Muhammad Hasan Chabibie, ST, M.Si mengatakan, sebagai satu-satunya kota yang mewakili Indonesia dalam kajian global ini, Kudus telah menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran sosial emosional dan mendukungnya melalui berbagai program strategis yang didukung oleh mitra seperti Djarum Foundation. Mempercepat penerapan praktik baik di sekolah.
“Dalam sistem pendidikan yang terus berkembang, keterampilan sosial emosional akan menjadi salah satu hard skill yang dibutuhkan dunia,” kata Hasan.