TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan bahwa intelijen dan pasukan keamanan Suriah berhasil dalam rencana Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) untuk meledakkan bahan peledak di dalam makam Seyida Zainab di Damaskus.
Kantor berita Suriah SANA, mengutip sumber informasi, melaporkan: “Manajemen intelijen, bekerja sama dengan Departemen Keamanan Publik di pinggiran Damaskus, berhasil dalam upaya ISIS untuk mengebom makam Sayyid Zaynab.” , Sabtu (11/1/2025).
Kemudian Pasukan Keamanan Umum menyerang tempat mereka membarikade diri di pedesaan Damaskus.
Operasi tersebut berhasil menangkap sejumlah orang yang terlibat dalam skema kriminal berskala besar yang ditujukan kepada warga Suriah, lanjutnya.
Orang-orang yang terlibat dalam upaya tersebut ditangkap, dan foto-foto terdakwa dipublikasikan.
Dalam salah satu foto, empat orang bertopeng dengan tangan terikat di belakang punggung di sebuah ruangan, dengan perlengkapan dan perbekalan militer di depannya.
Di foto lainnya, terlihat setidaknya tiga dokumen identitas: kartu identitas Lebanon, sertifikat pencatatan sipil Lebanon, dan kartu suaka di Lebanon.
Di dekatnya terdapat tiga alat peledak, selain granat tangan, ponsel dan sejumlah uang tunai dalam dolar, pound Lebanon, dan pound Suriah, yang berada di tangan para tahanan, menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Suriah. Makam Seyda Zeynab
Kawasan Seyida Zeinab telah berkali-kali menjadi sasaran serangan Israel dalam beberapa waktu terakhir, terutama pasca eskalasi perang antara Israel dan Hizbullah.
Daerah di selatan Damaskus telah menjadi rumah bagi anggota Hizbullah dan kelompok lain yang didukung Iran sejak tahun 2012, yang bergerak untuk melindungi tempat suci tersebut setelah dimulainya pemberontakan melawan Presiden Bashar al-Assad.
Sayyida Zeinab tidak lagi menjadi anggota Hizbullah dan kelompok lain yang berafiliasi dengan Iran, dan pejuang lokal telah menggantikannya.
ISIS berulang kali mengaku bertanggung jawab atas pengeboman di wilayah tersebut, termasuk serangan sepeda motor terhadap perkumpulan jamaah Syiah di wilayah tersebut pada 27 Juli 2023.
Saat ini Suriah berada dalam fase pemerintahan transisi setelah koalisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin oleh Ahmed Al-Sharaa (Abu Muhammad al-Julani) menang pada 8 Desember 2024 dan menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. .
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)