Diposting oleh reporter Tribunnews.com Abdul Majid
TRIBUNNEWS.
Menurut Sumarjee, dua laga semifinal dan perebutan tempat ketiga antara Rizki Ridho dkk. mulai jatuh.
Kejadian tersebut membuat dirinya, pelatih dan seluruh staf untuk terus mendukungnya meski kondisinya buruk, ia kelelahan sebelum memainkan pertandingan melawan Guinea.
“Kami kalah dua kali berturut-turut, di semifinal dan kemudian di laga melawan Irak (peringkat ketiga),” kata Sumarji di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Sabtu (11/5/2024).
“Selama babak playoff, tentu saja kami harus menjaga ketertarikan para pemain, dan itu sangat sulit,” tambahnya.
Semua ofisial mendesak para pemain untuk meningkatkan keterampilan kompetitif mereka menjelang penampilan melawan Guinea, sementara ada juga pengamat yang mengkritik para pemain.
Sumardjee mengatakan situasi tersebut sangat mempengaruhi kesehatan mental para pemain yang “berjuang”.
Selain itu, tim Garuda juga mempunyai pemain U-22.
Di sisi lain, ada juga pengamat, dari mana-mana ada protes yang terkesan membuat takut para pemain, kata Sumarji.
“Kita harus memahami bahwa secara mental anak-anak ini berusia 22 tahun atau lebih muda, beberapa di antaranya gemetar, jadi itu bagian dari perkembangan anak-anak kita semua. Dia juga berkata, ‘Ketika anak-anak berjuang keras, para pengawas ini tidak’ jangan berkelahi,'” tambahnya.
Pun dengan burung bangau atau crane yang menyerang pemain Timnas U-23 Indonesia secara pribadi, mereka menganggapnya salah.
Sumarji berharap “serangan” tourniquet bisa dikendalikan, apalagi ke depan banyak kompetisi yang akan diikuti Timnas Indonesia yang tentunya membutuhkan dukungan baik dari masyarakat Indonesia.
“Netizen juga diserang secara pribadi, itu tidak baik kan? Saya harus membagikannya sebagai rating karena tidak mungkin mengirimkannya ke seseorang untuk dikomentari.” Teman-teman media harus membantu kita, karena masih banyak. tantangan yang harus kita hadapi ke depan,” tutupnya.