Laporan dari Tribunnews Corul Orifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komitmen pemerintah untuk mempercepat penerapan sistem Toll Exchange (MLFF) di jalan tol akan segera diterapkan di lapangan.
Per 12 Desember 2023, sistem MLFF ini telah diuji oleh Badan Pengelola Penumpang (BPJT) di Tol Mandara Bali.
Sistem MLFF ini akan diterapkan secara bertahap mulai Tol Mandara Bali pada Oktober 2024. Pada masa transisi ini, sistem yang digunakan adalah aliran bebas tunggal dengan menggunakan sekat.
Ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam beberapa pekan terakhir. Pasca ditetapkannya MLFF pada proyek strategis nasional (PSN) selain APBN, pemerintah menerbitkan PP Nomor (PP) Nomor 23 Tahun 2024 tentang Jalan Tol.
Dengan adanya perubahan PP di jalan tol, MLFF resmi menjadi salah satu sistem pertukaran tol di Indonesia.
CEO PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) Attila Keszeg memuji langkah pemerintah ke depan.
“Keluarnya PP ini merupakan kerangka hukum dan implementasi sistem MLFF yang ditunggu tidak hanya oleh RITS tetapi juga oleh industri dan pemangku kepentingan,” kata Attla.
“Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menerapkan sistem transportasi yang berorientasi masa depan untuk mencapai tujuan Indonesia Cerdas 2045,” imbuhnya pada acara Debat dan Media Program “Driving to a Brighter Future: Developing Indonesia’s Transportation for Rapid Access” di JCC Senayan, Jakarta.Selasa, 28 Mei 2024.
Berbeda dengan teknologi tol lainnya, GNSS MLFF ini tidak memerlukan pembaca di mana pun di jalan tol, sehingga memberikan solusi hemat biaya.
Pengguna cukup menggunakan aplikasi smartphone bernama CANTAS yang diinstal pada unit elektronik (e-OBU) dan dapat dibaca melalui satelit.
“Penerapan MLFF akan memudahkan pengguna dan meningkatkan profitabilitas operator jalan karena akan mengurangi biaya pengumpulan tol secara besar-besaran,” kata Attila.
Selain waktu dan biaya, penerapan MLFF juga menghadirkan transparansi operasional yang dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dan mempercepat transformasi digital di Indonesia.
Selain itu, penerapan MLFF juga bermanfaat dari sudut pandang lingkungan dan sosial. Saat ini, gerbang tol dan sekitarnya menjadi tempat pencemaran karena banyaknya kendaraan yang berhenti dan mengantri untuk membayar tol.
“Dengan adanya MLFF, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi membuang waktu akibat kemacetan di gerbang tol, sehingga memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan produktivitas dan menghabiskan waktu bersama keluarga,” kata Attila.
MLFF telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN) pendapatan dan belanja non pemerintah (APBN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Nomor 6 Tahun 2024.
Proyek MLFF dilaksanakan menggunakan skema Kemitraan Badan Usaha Pemerintah (KPBU), yang mewakili investasi asing langsung senilai USD 300 juta (Rs 4,5 triliun) dari Hongaria. Sedangkan RITS menjadi penyelenggara program MLFF (BUP) setelah memenangkan tender sesuai surat Menteri PUPR No: PB.02.01-Mn/132 tanggal 27 Januari 2021.
Atilla mengatakan RITS merupakan Badan Usaha (BUP) program MLFF jalan tol di Indonesia dan siap menerapkan sistem tersebut sesuai jadwal yang ditetapkan pemerintah mulai kuartal keempat tahun ini.
Namun, Global Positioning System (GNSS) berbasis MLFF bukanlah solusi plug-and-play yang dapat dioperasikan secara independen. MLFF merupakan sistem yang sangat kompleks yang perlu dipersiapkan mulai dari teknologi, regulasi dan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya.
“Demi suksesnya implementasi MLFF, RITS terbuka dan berharap dapat bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan mulai dari badan usaha jalan tol, otoritas keuangan, penyelenggara sistem pembayaran digital, hingga penegak hukum,” kata Attila.
Menurutnya, Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi negara berkembang yang didukung oleh sumber daya alam dan demografinya. Namun Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, termasuk transportasi dan logistik.
Salah satu penyebabnya adalah kemacetan di jalan tol yang disebabkan oleh antrian di pintu tol.
“Menurut data Bank Dunia pada tahun 2019, kerugian ekonomi di Indonesia akibat kemacetan lalu lintas mencapai sekitar 4 miliar dolar AS per tahun. Sedangkan studi kelayakan yang dilakukan Roatex pada tahun 2020 menunjukkan bahwa kemacetan di gerbang tol menyebabkan pertumbuhan ekonomi. kerugian di Indonesia lebih dari 300 juta dolar AS setiap tahunnya,” kata Attila.
Attila menjelaskan, MLFF berbasis GNSS yang ditawarkan Roatex merupakan teknologi terkini yang memungkinkan pengguna membayar tanpa henti, sehingga menjadi solusi untuk menghindari antrian di gerbang tol hingga terjadi peristiwa terkini.
“MLFF ini mengadopsi sistem serupa yang berhasil diterapkan di Hongaria dan sejumlah negara lain, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Indonesia, serta menggunakan teknologi terkini. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi teknologi tercanggih di Asia Tenggara,” ujarnya.