Study Tour Diminta Dihapus Pasca Kecelakaan Bus di Subang, Menparekraf: Perlu Kajian Mendalam

Wartawan Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menperekraf) Sandiaga Uno menilai permintaan penghapusan wisata tamasya perlu dikaji lebih dalam.

Sandiaga mengatakan, perlu kajian lebih mendalam untuk meniadakan wisata tamasya tersebut.

Permintaan pembatalan wisata keliling tersebut muncul setelah terjadi kecelakaan bus wisata di Sietor, Subang, Jawa Barat yang menewaskan 11 orang.

“Ini perlu pengkajian yang lebih mendalam. Kalau kita hanya ingin meredam saja, tanpa database yang jelas tentu ini solusi yang harus kita kaji dan selidiki lebih lanjut,” ujarnya saat ditemui di kantor Kemannperekraft. , Jakarta Pusat, Senin (13/05/2024).

Namun, dia mengamini jika aturan wisata keliling diperketat.

“Kalau kita memperketat dan melarang wisata tamasya yang menyewa bus tanpa pemeriksaan, saya setuju. Jadi kalau wisata tamasya akan dilakukan, harus ada tindakan,” kata Sandiaga.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, penyelenggara, guru, dan orang tua harus bertanggung jawab dalam penyelenggaraan wisata edukasi.

Lebih lanjut, Sandiaga mengatakan regulasi yang perlu diperketat antara lain mengenai marka kendaraan dan kompetensi pengemudi.

Aturan yang ada mengenai penegakan hukum dan sanksi harus diperketat kembali.

Operator bus yang masih menjalankan bus yang belum dilengkapi, tidak terdaftar, dan tidak terdaftar harus diperbolehkan.

Sandiaga mengatakan sertifikasi dan izin bagi pengemudi bus wisata harus diperketat.

Sebelumnya, Pengawas Pendidikan Ubaid Maturaji meminta sekolah meniadakan seluruh kegiatan ekstrakurikuler, terutama kegiatan yang menghimpun dana dari siswa.

Study tour atau prom, misalnya, dikatakan tidak mempunyai nilai dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

Intinya semua kegiatan sekolah harus berkontribusi pada pembelajaran di sekolah. Jangan membuat acara yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, dengan pendidikan, justru menyulitkan orang tua, ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu. . adalah (12/05/2024)

Koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) ini mengatakan, sekolah harus fokus semaksimal mungkin dalam membina minat dan bakat anak.

Baik untuk mengembangkan karakter siswa dan mempersiapkan siswa menjadi pribadi yang kuat di masyarakat.

“Jangan mengadakan acara yang mewah, tidak semua orang tua siswa mempunyai kemampuan finansial untuk membiayai kegiatan tersebut. Selain itu, mahasiswa juga tidak mengikuti kegiatan, misalnya mengancam tidak akan menerbitkan ijazah atau tidak memberikan ijazah.

Oleh karena itu, dia mendesak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengeluarkan kebijakan yang melarang sekolah melakukan kegiatan karyawisata.

“Ini tipuan pihak sekolah dan komite sekolah, yang kemudian dikaitkan dengan kegiatan sekolah. Kenapa harus keluar sekolah, keluarkan uang, orang tua pinjam. Jadi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan wisuda, study tour. . Pendidikan , Dengan pendidikan, “katanya.

“Kemudian terjadi hal-hal yang tidak terduga. Kami bersimpati tapi mohon agar Dinas Pendidikan melarang kegiatan tidak berguna ini,” tambah Ubaid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *