TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Larangan kegiatan study tour yang diberlakukan di beberapa daerah pasca kecelakaan bus wisata dinilai tidak tepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Politisi Gerindra Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengutarakan pendapatnya tentang pelarangan kegiatan study tour menggunakan bus wisata.
“Study trip adalah kegiatan biasa, hal serupa juga terjadi di negara lain. Seperti Jepang, pemerintah bahkan mendorong studi wisata. Sebab hal ini tidak hanya mendorong anak dalam bidang ilmu formal saja, namun juga belajar tentang ilmu informal. .”, diumumkan BHS, Kamis (30 Mei 2024).
Selain itu, study trip memberikan dampak ekonomi terhadap daerah tujuan.
“Kunjungan studi ini bisa menjadi salah satu cara untuk membantu perekonomian. Apalagi perekonomian tidak hanya di Indonesia saja yang sedang terpuruk. Jadi kalau ada kegiatan seperti ini diharapkan bisa menggerakkan roda perekonomian,” ujarnya.
Dampak lain dari pelaksanaan study trip yang mempunyai nilai positif adalah pengenalan mahasiswa terhadap destinasi wisata.
“Indonesia mempunyai banyak tempat wisata. Dari sisi budaya hingga keindahan alamnya. Ini menjadi momen untuk memperkenalkan destinasi wisata lokal ini kepada generasi muda,” ujarnya lagi.
Misalnya saja wisata geologi ke daerah pegunungan, yang tidak hanya sekedar wisata alam tetapi juga wisata edukasi, dimana siswa akan belajar tentang sejarah pegunungan, geografi Indonesia dan sosialisasi tentang mitigasi bencana.
“Menurut saya bukan perjalanan belajar yang dilarang, tapi yang perlu dilakukan adalah memperbaiki manajemen jalan, guna menjamin keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan,” tutupnya.