Stres Hadapi Perang, Tentara Israel Bunuh Diri Usai Pulang Bertugas Dari Gaza

TRIBUNNEWS.COM – Seorang tentara IDF yang dirahasiakan identitasnya dikabarkan bunuh diri.

Tindakan ini dilakukan 24 jam setelah tentara kembali dari medan perang di Gaza.

Al-Mayadeen melaporkan, seorang tentara Israel ditemukan tewas 24 jam setelah kembali dari perang di Jalur Gaza.

Alasan pasti di balik bunuh diri tentara tersebut tidak diungkapkan, namun banyak yang percaya bahwa bunuh diri tersebut disebabkan oleh gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Hal ini diperkuat dengan keluarnya organisasi Israel “Nafqasim” yang fokus memberikan dukungan di bidang kesehatan mental.

Peneliti Nafaqasim menyatakan dalam laporannya bahwa ribuan tentara Israel yang kembali dari Gaza menderita gangguan stres pasca trauma. Bukan pertama kalinya

Sebelumnya, surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa sejak 7 Oktober, lebih dari 10 perwira dan tentara dari tentara pendudukan Israel telah melakukan bunuh diri.

Di antara tentara yang bunuh diri adalah seorang tentara bernama Eliran Mizrahi, yang bekerja di departemen teknik militer di cadangan.

Ia dipanggil bertugas pada 7 Oktober 2023 untuk mengoperasikan buldoser.

Namun dia terluka pada April lalu dan harus mundur dari Gaza.

Namun, satu hari setelah kembali ke Israel, dia ditemukan tewas karena bunuh diri.

Saluran media Israel 12 memberitakan bahwa Mizrahi diketahui merupakan salah satu pejuang di tentara Israel dan menderita gangguan kesehatan.

Laporan medis juga menunjukkan bahwa dia menderita gangguan stres pasca-trauma.

Patut dicatat bahwa tentara Israel, Bar Khalaf, membakar dirinya pada Agustus lalu, karena perselisihan dengan Kementerian Pertahanan Israel mengenai kecacatannya.

Khalaf berpartisipasi dalam serangan Israel di Gaza pada tahun 2014.

Ia mengaku menderita PTSD karena pengalaman perangnya.

Kasus ini menambah jumlah tentara Israel yang berani mati sejak awal perang, tepat setelah Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan. 30 ribu tentara Israel berada di bawah tekanan

Setidaknya 30.000 tentara Israel telah mengajukan permohonan layanan kesehatan mental sejak awal perang di Gaza.

Gejala umumnya antara lain detak jantung cepat, berkeringat, tekanan darah meningkat secara tiba-tiba, tubuh gemetar tak terkendali, kebingungan, bahkan kurang bergerak.

Menurut Kantor Berita Anatolia, sekitar 200 tentara diberhentikan dari dinas militer karena masalah mental yang terjadi akibat perang.

Karena meningkatnya jumlah tentara yang menderita stres, pemerintah Israel terpaksa membangun dua pusat kesehatan mental di selatan negara itu.

Tak hanya itu, untuk mencegah bertambahnya jumlah tentara yang menderita PTSD, tentara Israel juga menyediakan hotline khusus.

Saluran telepon ini diciptakan untuk melayani tentara yang ingin mendapat pengobatan dari psikolog dan psikiater.

Namun, setelah menerima perawatan psikologis yang ditentukan oleh otoritas kesehatan tentara, mereka diminta untuk melanjutkan tugas militer mereka di Gaza.

Pernyataan militer menyebutkan 85 persen tentara yang mengajukan permintaan perawatan psikologis kembali menjalankan tugasnya. Ribuan tentara Israel menjadi cacat

Perang yang tak berkesudahan juga menyebabkan ribuan tentara Israel menjadi cacat.

Laporan menunjukkan bahwa sekitar 4.000 tentara Israel cacat.

Sementara itu, jumlah tentara yang terluka dan cacat diperkirakan mencapai 30.000 orang.

Kepala Organisasi Penyandang Disabilitas Pasukan Pertahanan Israel mengatakan, laporan tentara yang cacat permanen merupakan jumlah tertinggi selama perang.

Ketua Organisasi Penyandang Disabilitas di IDF mengatakan: “Saya telah berada di organisasi tersebut selama 30 tahun dan belum pernah melihat jumlah cedera serius seperti ini.”

Ia menambahkan, “Banyak yang terluka, lukanya serius,” merujuk pada laporan sejumlah tentara yang diamputasi, kebutaan, bahkan kelumpuhan.

(Tribunnews.com / Namira Yunia Listanti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *