Sosok Suprayogi Korban Tewas Dalam Kecelakaan di Subang, Guru Senior yang Tak Pernah Jauh Dari Istri

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suprayog, guru SMK Lingga Kenkana, Depok, yang tewas dalam kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat, diketahui berada tak jauh dari istrinya.

Suprayog, 65 tahun, adalah guru kepala Sekolah Vokasi Linga Kenkana.

Selama 15 tahun bersekolah, Suprayog dikenal sebagai panutan.

“Dedikasinya luar biasa dan menjadi teladan bagi kami para guru,” kata Navnula, Humas Yayasan Kesejahteraan Sosial yang menaungi SMK Lingga Kencana Savangani, Minggu (12/5/2024).

Tak hanya menjadi teladan di sekolah, Suprayog juga menjadi teladan di lingkungannya, RT 05/03, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Depok.

Masyarakat setempat, Arfan mengungkapkan, Suprayogi banyak berkontribusi dalam mensejahterakan Masjid Nurul Mutaqin di wilayahnya.

Menurut Arfan, Suprayog merupakan salah satu panitia yang membantu perbaikan masjid yang awalnya hanya musala kecil itu.

“Sekarang sudah menjadi masjid. Mulanya Musala Nurul Muthakin, sekarang Masjid Nurul Muthakin. Ia merupakan salah satu panitia yang membangun musala tersebut. Dalam doa itu, ya, namanya benar. Untuk memanfaatkannya, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas jasanya,” kata Arfan.

Oleh karena itu, jenazah Suprayog disembah di masjid, tempat ia meraih kesuksesan semasa hidupnya.

Tak hanya di sekolah dan di masyarakat, Suprayog juga menjadi pahlawan bagi adiknya.

Karnaen yang merupakan adik Suprayog mengungkapkan, almarhum merupakan orang yang paling berjasa dalam hidupnya setelah ditinggalkan ayahnya.

Suprayogi mengantar Karnaen bersekolah hingga lulus SMA. Tak hanya itu, Suprayogi juga memberinya tempat tinggal selama Karnaen belum menikah.

Jasa Suprayog mengantarkan Karnaen menjadi pengajar di Universitas Putra Indonesia (UNPI) Cianjur dan Universitas Terbuka (UT) serta pengacara di Peradi.

“Saya tamat SMA bersamanya. Saya berhasil studi S1 ​​dan S2, saya biaya sendiri, dia yang mengajari saya. Saya bersekolah di SMA di Sawangan, sebuah sekolah Islam,” kata Karnaen. di pemakaman.

“Harusnya aku mandiri, berkat dia, aku masuk universitas, bekerja, kuliah, jadi pengacara, jadi guru, berkat dia. Makanya aku ingat banget sama dia,” sambungnya.

Ia mengaku sangat terkejut saat mendengar kabar dari saudara-saudaranya bahwa kakak laki-lakinya meninggal dunia karena kecelakaan di Subang.

Ia kaget karena nama kakaknya masuk dalam daftar korban tewas dalam kecelakaan yang dibagikan di media sosial.

Karnaen mengaku terakhir kali melihat kakak dan adiknya saat ibu mereka meninggal hampir dua tahun lalu.

Di libur tahun ini, ia menyayangkan hanya sempat mengucapkan selamat Idul Fitri kepada sang kakak karena terlalu sibuk.

“Sebenarnya dia pernah bilang ke adikku kalau dia ingin bertemu dengan adik-adiknya. Dia ingin bertemu. Itu saat dua hari Idul Fitri. Katanya dia kangen dengan adik-adiknya,” kata Karnaen sambil menahan air mata.

Kamu selalu pergi bersama pasanganmu

Sepupu istri Suprayog, Ita (43) mengungkapkan, Titin Rohayati menemani mendiang istrinya saat jalan-jalan.

Termasuk saat acara perpisahan siswa SMK Lingga Kenkana Bandung, Jawa Barat.

Seperti biasa, Suprayog dan istrinya suka duduk di belakang pengemudi saat menaiki bus.

“Kalau kemana-mana selalu minta di belakang supir. Selalu sama istrinya. Mungkin karena ingin melihat pemandangan,” kata Ita saat pemakaman.

Ita pun membenarkan, sosok tewas di belakang kursi pengemudi dalam kecelakaan maut itu adalah Suprayog.

“Yang meninggal di belakang (kursi) pengemudi adalah M. Suprayog,” ujarnya.

Suprayogi pun mengabarkan kepada Itha bahwa dirinya dan istrinya akan jalan-jalan pada Jumat (10/5/2024).

Kebetulan pada Kamis (9/5/2024) Ita berkunjung ke rumah almarhum karena sedang hari libur.

“Dia (Suprayog) bilang mau jalan-jalan besok Jumat pagi, dia datang ke saya. Ya hati-hati di jalan sampai pulang, itu yang saya bilang,” ujarnya.

Termasuk saat bus itu berada di kawasan Subang saat hendak kembali ke Depok. Suprayog sempat menghubungi cucunya pada Sabtu (11/5/2024) pukul 17.00 WIB atau sesaat sebelum ia kehilangan nyawanya dalam kecelakaan maut.

“Dia (Suprayog) telepon, cucu pertama yang jawab, ibu saya yang telepon. Iya, mama ambil dan cuci piring,” kata Ita.

“Ini Embun (cucu Suprayog). Oppa beli ikat kepala dan klip Embun sama adik Naima. Lalu dia ambil, itu saja. Tapi dia menelpon biasa saja. Cuma dia tidak ambil video. Teleponnya, dia hanya menelpon di Whats. Aplikasi.

Ita bercerita, ia juga mendengar bahwa di suatu tempat setelah panggilan tersebut ada panggilan lain yang diangkat oleh cucu Suprayog.

Menurutnya, cucu Suffrayog kemudian hanya mengatakan bahwa mereka diberitahu tentang kecelakaan itu melalui suara orang dan panggilan ambulans.

“Setelah Opa (Suprayog) kasih kabar ke saya, telepon lagi berbunyi, entah di mana. Malah ditelpon dan bilang bahaya, bahaya, bahaya, itu saja. Dia bisa menjawab,” ujarnya.

“Bu ada apa, kecelakaan, kecelakaan dan banyak ibu-ibu yang mendengar ambulans lalu pergi dan ibu mertua memberi tahu anak-anak, ya, kami kehilangan kontak dari sana,” lanjutnya. .

Hingga akhirnya ia mendapat informasi mengenai istri Suprayog, Titini, yang mengalami cedera kepala, patah lengan, dan patah perut.

Istri Suffrayog mengatakan dia juga menanyakan tentang suaminya.

“Terus kami tanya ke istri bagaimana kabar Opa? Kami tidak tahu (saat itu),” ujarnya.

Akhirnya setelah dilakukan pengecekan ke beberapa tim, Suprayog dinyatakan meninggal dunia akibat kecelakaan di Subang. (Tribunnews.com/ Gita/ Igman/ Rizki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *