Laporan jurnalis Tribunnews.com Dennis Destry
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berakhir pada level Rp 16.281 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin (29/7/2024).
Rupiah menguat 0,12 persen pada akhir pekan lalu dari Rp16.301 per dolar AS.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan menguatnya nilai tukar rupiah karena bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga.
Selain itu, pelemahan di Timur Tengah juga berdampak pada pelemahan nilai tukar dolar.
“Setelah serangkaian pembacaan yang lemah selama bulan Juli, kekhawatiran terhadap lambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok memicu aksi jual jangka panjang di pasar Tiongkok,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (29/7/2024).
Ketidakpastian politik AS juga membebani pasar Tiongkok, dimana investor khususnya tidak yakin mengenai bagaimana pemerintahan AS selanjutnya akan memperlakukan Beijing.
Sementara dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan stabil di angka 5,1 persen pada akhir tahun 2024. Sementara perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen pada triwulan I tahun 2024.
“Ekspansi fiskal yang kuat, belanja terkait pemilu, dan investasi kemungkinan akan menjaga pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) di atas 5,0 persen tahun ini,” kata Ibrahim.
Ada kebangkitan daya beli konsumen dan menurunnya dampak belanja pemilu. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9 persen pada kuartal pertama, atau berada di bawah rata-rata periode sebelum COVID-19 yang sebesar 5 persen.
“Kami menilai lambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor formal dapat menghambat pertumbuhan konsumsi pada semester kedua,” tambah Ibrahim.