Sombong, Israel Cuekin Tawaran Ukraina yang Mau Bagi Ilmu Hadapi Drone Iran

TRIBUNNEWS.COM – Ukraina diduga menawarkan bantuan kepada Israel untuk menangani drone Iran, namun Israel mengabaikan tawaran tersebut pada awal tahun 2023, jauh sebelum dimulainya agresi di Jalur Gaza.

Surat kabar Channel12 Israel mengatakan Ukraina memiliki pengalaman menangani drone Iran, yang dikatakan telah digunakan oleh militer Rusia selama lebih dari dua tahun dalam perang tersebut.

“Ukraina menawarkan Israel untuk mentransfer pengalamannya dalam menangani drone Iran pada awal tahun lalu, yaitu beberapa bulan sebelum dimulainya perang Gaza, namun Ukraina tidak menerima tanggapan positif terhadap tawaran tersebut,” Channel12 melaporkan pada Sabtu. (22). /6/2024).

Channel12 menyebut drone Iran karena Israel mengklaim bahwa kelompok perlawanan seperti Hizbullah Lebanon telah menerima bantuan dari Iran dengan senjata yang digunakan untuk menyerang Israel.

Baru-baru ini, Ukraina mengumumkan pembatasan masuknya warga negara Israel, termasuk jamaah haji, ke negaranya dalam beberapa jam terakhir.

“Langkah ini merupakan respons terhadap keputusan baru Israel yang mengizinkan warga Ukraina memperoleh izin ETA-IL untuk tinggal di Israel hingga 90 hari, yang secara efektif menghilangkan rezim bebas visa antara kedua negara,” katanya.

Keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga kedua negara karena keputusan tersebut menyimpang dari perjanjian bebas visa sebelumnya yang memfasilitasi perjalanan dan pertukaran antara warga negara Israel dan Ukraina.

Pembatasan baru ini diperkirakan akan berdampak pada beberapa kelompok, termasuk wisatawan, pelancong bisnis, dan peziarah yang mengunjungi tempat keagamaan di Ukraina.

“Beberapa orang mengkritik penggunaan sistem ETA-IL oleh Israel, yang mengharuskan warga Ukraina untuk mengajukan izin sebelum bepergian, karena dianggap menghambat kebebasan bergerak dan memperburuk hubungan antara kedua negara,” lapor Channel12.

Surat kabar tersebut mencatat bahwa Ukraina membalas Israel dengan membatasi masuknya warga negara Israel ke negaranya.

“Respon Ukraina terhadap penerapan pembatasan masuk warga Israel dipandang sebagai tindakan pembalasan yang bertujuan memulihkan keseimbangan kebijakan perjalanan,” lanjutnya.

Israel dan Ukraina memiliki sejarah hubungan dekat.

Saat ini, melalui upaya diplomatik, diharapkan ada solusi yang memungkinkan pemulihan perjalanan bebas visa dan meningkatkan kerja sama bilateral.

Ukraina juga mendukung serangan Israel di Jalur Gaza, termasuk mendukung warga Ukraina-Israel untuk bergabung dengan pasukan Israel. Jumlah korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi 37.372 orang dan 85.452 lainnya luka-luka antara Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (18/6/2024) hingga 1.147 orang. Meninggal di wilayah Israel, lapor Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (10/7/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan 120 sandera masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, hidup atau mati, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada bulan Desember 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *