Soal Rencana Bea Masuk 200 Persen, Mendag Sebut Masih Dihitung, Bisa 50 Persen

Laporan reporter Tribunnevs.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, rencana penambahan bea masuk tambahan terhadap produk impor sebesar 200 persen masih terus diperhitungkan. Jadi belum tentu sebesar itu.

“Belum. Nanti kita hitung. Bisa 50 persen, bisa 100 persen, bisa sampai 200 persen,” kata Zulhas, sapaan akrabnya, saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Jumat (5). /7/2024).

Selain itu, pengenaan bea masuk tambahan tidak hanya berlaku pada produk yang diimpor dari China. Negara lain juga bisa.

“Bisa datang dari mana saja. Dari Eropa, Australia, Amerika, China. Bukan dari negara mana pun,” kata pria yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.

Pemerintah telah mengidentifikasi beberapa industri yang menjadi perhatian khusus.

Hal ini menyusul beberapa waktu lalu ketika beberapa industri mengalami keterpurukan dan memutuskan untuk merumahkan karyawannya secara massal.

“Kemarin rapat dipimpin oleh Presiden. Pertemuan itu untuk (membahas) penguasaan bisnis kita melalui produk-produk yang mengancam beberapa industri (yang) baru-baru ini melakukan PHK massal,” kata Zulhas.

Perhatian khusus diberikan pada tujuh industri yaitu produk tekstil (TPT), sandang, keramik, elektronik, kecantikan, tekstil, dan alas kaki.

“Kementerian Perdagangan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mematuhi ketentuan dan peraturan, baik peraturan nasional maupun yang disepakati lembaga dunia seperti WTO,” kata Zulhas.

Beberapa upaya yang dilakukan Kementerian Perdagangan antara lain Komite Keamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).

KPPI akan melihat industri mana yang bangkrut, industri mana yang banyak mengalami penutupan pabrik. Setelah itu, jika dinilai industrinya sedang terpuruk, maka akan diberlakukan bea masuk pengamanan (BMTP) baru terhadap produk sejenis yang berasal dari luar negeri.

Berikut ini melalui Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Sama halnya dengan KPPI, KADI akan melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap produk-produk yang masuk, misalnya keramik, tekstil, produk hortikultura, dan lain-lain.

KADI akan mengecek apakah produk impor membunuh lapangan kerja dalam negeri atau tidak. Jika demikian, maka akan dikenakan bea masuk anti dumping (BMAD).

Zulhas kembali menegaskan, keberadaan KPPI dan KADI agar pemerintah bisa mengecek terlebih dahulu industri mana saja yang disebut-sebut terpuruk, baru kemudian membahas apakah pantas dikenakan BMTP dan BMAD atau tidak.

Zulhas sebelumnya mengungkap rencana produk impor asal China akan dikenakan pajak impor sebesar 200 persen. Beberapa produk impor yang akan dikenakan bea masuk tinggi antara lain pakaian jadi, baja, dan tekstil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *