Koresponden Kantor Berita Tribuna Ayesha Nursiamy melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Rencana pemerintah merekrut dokter asing kini ramai dibicarakan di kalangan tenaga kesehatan di Indonesia.
Dalam keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Budi Ganadi Sadekin, Menkes menilai kehadiran dokter asing di Indonesia sebagai contoh positif.
Contoh praktik baik ini diterapkan oleh tim medis beranggotakan 22 orang dari Arab Saudi yang membantu menyelamatkan nyawa masyarakat miskin di Sumatera Utara.
Ke-22 dokter ini memberikan pengetahuan dan keterampilan bedah jantung tingkat lanjut kepada para dokter Indonesia.
Hal ini merupakan wujud kerja sama Indonesia dan Arab Saudi di bidang kesehatan.
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Lapangan Sumut telah bermitra dengan Raja Salman (KS) Arab Saudi dan Liga Muslim Dunia.
Penyelenggaraan acara sosial seperti operasi jantung gratis untuk pasien miskin.
“Ini merupakan contoh nyata hadirnya dokter-dokter asing yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter bedah jantung kita, khususnya yang masih muda, karena mereka termasuk dan pertama kali di beberapa dokter bedah jantung di Arab Saudi. dokter bedah terbaik,” ujarnya Bodhi, dilansir Selasa (28/5/2024).
Kegiatan sosial ini terdiri dari tiga periode pengabdian. Putaran pertama berlangsung dari awal Mei hingga 27 Mei dengan sasaran 10 pasien.
Periode kedua berlangsung pada 2 hingga 9 Juni 2024, periode ketiga pada 25 hingga 1 Juli 2024. Putaran kedua dan ketiga ditujukan untuk 15-20 pasien.
Budi mengatakan kehadiran dokter asing meningkatkan kualitas dan mempercepat transfer ilmu kepada dokter muda Indonesia.
“Mereka akan belajar dan bekerja dengan dokter-dokter ternama dari luar negeri, mereka akan belajar disiplin kerja, budaya kerja dan komunikasi dengan pasien,” tambahnya seraya menambahkan bahwa kehadiran dokter asing harus menyelamatkan nyawa masyarakat.
Juga mempercepat pelatihan dan kualitas dokter muda Indonesia dalam menurunkan angka kematian.
Ia juga menegaskan, kehadiran dokter asing tidak boleh dijadikan provokasi untuk menimbulkan keresahan di kalangan tenaga medis.
Pendapatan mereka akan berkurang atau kesempatan kerja mereka akan hilang ketika Indonesia memang tidak memiliki banyak dokter spesialis.
“Mari kita kurangi pembicaraan negatif dan perbanyak tindakan positif untuk kesehatan masyarakat Indonesia,” tutup Bodhi.