Situasi Makin Ngeri di Jalur Gaza, Orang-orang Terbangun di Tengah Dentuman Bom Artileri

TRIBUNNEWS.COM – Warga di berbagai wilayah Gaza terbangun karena suara tembakan artileri.

Dalam 24 jam terakhir, Jalur Gaza telah menjadi fokus utama serangan militer Israel, menurut Al Jazeera.

Setidaknya 10 warga Palestina dilaporkan tewas di Jalur Gaza tengah.

Gambaran ibu dan anak yang berduka menangisi orang yang mereka cintai beredar sepanjang hari.

Keluarga mereka menjadi sasaran langsung tanpa peringatan sebelumnya.

Situasi di ujung selatan Gaza juga sulit.

Ini termasuk kota Khan Yunis, di mana setidaknya 10 warga Palestina tewas dalam serangan udara yang menghancurkan bangunan tempat tinggal.

Setidaknya tiga anak Palestina termasuk di antara korban.

Koresponden Al Jazeera juga melaporkan mendengar lebih banyak tembakan artileri di wilayah utara kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij.

Salah satu korban serangan Israel adalah seorang nelayan Palestina yang tewas di pantai Deir el-Balah.

Angkatan Laut Israel menembak jatuh dia ketika dia mencoba memenuhi kebutuhan hidup di tengah krisis keuangan yang dihadapi Palestina.

Rumah Sakit Al-Aqsa telah merawat warga Palestina yang terluka sejak awal perang Israel di Jalur Gaza, dan rumah sakit tersebut selalu kewalahan.

Pasien tidak punya pilihan selain tidur di lantai di koridor rumah sakit yang ramai.

Beberapa pasien bahkan memerlukan pengobatan yang tidak dapat diberikan oleh dokter.

Salah satunya adalah Mohamed Abu Shgheba yang kaki kanannya terluka parah saat ia dan ayahnya terkena bombardir Israel di rumahnya.

Mohamed merasa nyaman sekarang.

Namun dia memerlukan perawatan di luar Gaza sebelum bisa berjalan lagi. Pengungsi Palestina mencoba mencari perlindungan di reruntuhan Gaza

Sebuah sekolah yang hancur akibat bom Israel adalah tempat perlindungan terbaik yang pernah ditemukan warga Palestina di Jabalia, Gaza utara.

Hal ini terjadi setelah tentara Israel mengevakuasi kamp pengungsi setelah berminggu-minggu melakukan serangan darat.

Hamdi Abu Tabak, seorang pengungsi yang ikut membersihkan puing-puing sekolah, mengatakan dia telah kembali dan akan tinggal di Jabalia meskipun ada serangan dan kehancuran yang dilakukan Israel.

“Kami tinggal di sekolah UNRWA yang seharusnya menjadi tempat yang aman namun kami dibombardir oleh Israel. Banyak orang terbunuh dan terluka,” kata Abu Tabak kepada Al Jazeera.

“Ketika kami kembali, kami melihat semuanya hancur. Tapi saya tinggal di Jabalia dan saya akan mati di sini,” ujarnya.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *