Sistem Data Komputer Israel Diserang 3 Miliar Kali Selama Perang Gaza, Lokasi Detail IDF Terlacak?

Sistem Komputer Israel Diretas 3 Miliar Kali dalam 9 Bulan Perang Gaza, Detail Lokasi IDF Terlacak?

TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memantau 3 miliar serangan elektronik terhadap sistem komputer sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, menurut media Israel.

Pada Jumat (12/7/2024), surat kabar Haaretz mengutip Kolonel Racheli Dembinski yang mengatakan bahwa jumlah upaya serangan elektronik terhadap sistem komputer IDF sejak dimulainya perang telah mencapai 3 miliar.

Serangan itu menargetkan sistem komputasi awan utama IDF, tambah Dembinski, komandan pusat komputer dan sistem informasi tentara, yang dikenal dengan nama Ibrani Mram.

Ini mencakup perangkat lunak yang digunakan oleh pasukan IDF di lapangan untuk melakukan pertempuran, mencari lokasi tentara, dan berbagi informasi.

Artinya, serangan peretasan ini berupaya memantau lokasi luas setiap prajurit IDF di medan perang. Basis Data Dokumen Militer IDF 20 GB Anonim

Pada bulan April tahun lalu, kelompok peretas “Anonymous” mengumumkan keberhasilan dalam mengakses database tentara pendudukan Israel.

Kelompok tersebut kemudian menyatakan keinginannya untuk merilis dokumen militer dari database Israel yang diretas.

Kelompok tersebut mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka memiliki lebih dari 20 gigabyte data, berisi lebih dari 233.000 dokumen, lapor Shatney pada Sabtu (20/4/2024).

Pernyataan anonim tersebut menunjukkan klip video dengan slide yang menunjukkan logo sebuah departemen di Markas Besar Umum Israel.

Namun, menurut surat kabar berbahasa Ibrani “The Jerusalem Post”, kebenaran klaim ini belum dapat dikonfirmasi.

Surat kabar “Jerusalem Post” menulis bahwa militer Israel mengabaikan kemungkinan pengungkapan informasi dan bahwa tujuan para peretas adalah untuk memulai perang psikologis.

Beberapa minggu yang lalu, menurut laporan yang diterbitkan oleh publikasi Ibrani “Haraz” dari kelompok “Benami”, peretasnya berhasil mencuri dokumen reaktor nuklir Dimona dan menghapus beberapa data dari sistem komputer reaktor.

Mereka telah menghubungi para peretas pro-Palestina sejak pendudukan Jalur Gaza dimulai Oktober lalu.

Pejabat profesional telah berulang kali memperingatkan agar tidak mengklik “tautan mencurigakan” dan meminta untuk melaporkan tanda-tanda serangan dunia maya. Peretas pro-Iran juga menyerang dari sana

Sebelumnya, kelompok internet Iran bernama Khandala mengaku meretas sistem radar Israel.

Dia memperingatkan bahwa dalam sistem radar yang diretas, diperlukan waktu berjam-jam agar sistem kembali ke pengaturan default.

“Anda hanya punya waktu beberapa jam untuk memperbaiki sistemnya,” kata pesan tersebut, yang dikutip oleh Jerusalem Post.

Keberhasilan Khandala dalam meretas sistem Israel diumumkan melalui Telegram mereka.

Namun Khandala tidak merinci pernyataannya tersebut. Diduga, 500.000 pesan teks dibagikan kepada warga Israel

Saat mereka berhasil meretas sistem radar Iron Dome Israel, mereka mengaku telah menyampaikan 500.000 pesan ancaman kepada warga Israel.

Dalam pesannya, Khandala meminta Israel untuk menentang pemerintahan Netanyahu dan mendukung Iran. 

Menurut Khandala, apa yang dilakukan pemimpin Israel adalah tindakan bodoh.

Oleh karena itu, Khandala mengimbau masyarakat untuk tidak mengikuti kebijakan Netanyahu karena akan menghadapi konsekuensinya.

“Masyarakat akan membayar kejahatan dan kebodohan para pemimpin Anda. Tidak ada keraguan bahwa para pemimpin Anda akan menyesali tindakan bodoh ini, katanya.

Khandala juga menegaskan agar warga Israel tidak segan-segan mengungsi.

“Jangan ragu dan jangan tidur,” katanya, “kesempatan untuk melarikan diri kurang dari sepuluh detik, dan mungkin kotamu akan terpilih.”

Khandala adalah grup peretas yang sangat terkenal

Mereka sering menargetkan kepentingan Israel

Di masa lalu, mereka telah melakukan serangan cyber terhadap situs web pemerintah dan sektor swasta.

Meski kabar peretasan yang dilakukan Israel belum terkonfirmasi, pakar keamanan Israel telah menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan serangan siber terhadap situs web nasional.

(oln/hbrn/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *