TRIBUNNEWS.COM – Israel Ziv, pensiunan Mayor Jenderal, menilai negaranya sedang dalam situasi sulit saat ini.
Menurut Ziv, di tengah perang Gaza, Israel mengalami “pendarahan” di utara dan mengalami keruntuhan politik.
Ziv mengatakan hal tersebut saat berbicara tentang operasi militer Israel yang sedang berlangsung di kota Rafah, Jalur Gaza.
Menurut dia, operasi di Rafah merupakan operasi diskrit atau operasi terputus. Namun, kota ini sangat berbahaya bagi Israel.
Ziv mengatakan kepada 103 FM pada hari Minggu: “Saya pikir Rafa tidak akan memberikan kontribusi banyak kepada kami secara militer, dari sudut pandang politik, kerugian dan tingkat pertempuran tidak akan sebanding dengan keuntungan militer.” (26/5/2024)
“Keberhasilan itu sudah ada. Jika Rafah begitu penting, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dapat beroperasi di sana pada awal atau di tengah perang. Rafah adalah semacam pencegah politik.”
Zive mengatakan, permasalahan Rafa adalah kerugian yang besar dibandingkan keuntungannya.
Ia mengatakan, lain halnya jika militer Israel melancarkan operasi militer di Rafah “dengan kedok perang”.
“Jika tidak, maka akan terburu-buru untuk mencoba menciptakan kembali pertempuran tersebut setelah jangka waktu yang lama, dengan data yang begitu kompleks,” katanya.
“Kita sudah membayarnya. Saya tidak mengatakan itu tidak masalah. Namun, dibandingkan dengan keadaan kita dalam 8 bulan ke depan, itu tidak masalah. Kita mengalami pendarahan di wilayah utara, kita sedang mengalami keruntuhan politik, kita bisa . Jangan lepaskan sandera.” .
“Bagaimana kami bisa menjelaskan bahwa tentara kami tidak dapat membebaskan sandera yang jaraknya ratusan meter?” Dia bertanya.
“Sukses apa yang kamu bicarakan? Bukankah kamu tinggal di Rafa? Kamu perlu membuka matamu.” Mahkamah Internasional meminta Israel menghentikan serangan terhadap Rafah
Sementara itu, Mahkamah Internasional (ICJ) telah mengeluarkan keputusannya atas kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan.
Dalam dakwaan, Afrika Selatan menuduh Israel melakukan genosida di Rafah.
Keputusan pengadilan tersebut dikeluarkan pada Jumat pekan lalu. Hal ini termasuk perintah untuk menghentikan operasi militer di kota-kota Israel.
Penangguhan Mahkamah Internasional diharapkan dapat mengurangi jumlah korban tewas dan meringankan penderitaan warga Gaza.
(TRIPNEWS/Februari)