Silatnas IKAPTIQ Dorong Penyegaran Kepemimpinan di Universitas PTIQ Jakarta

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ikatan Alumni PTIQ (IKAPTIQ) merekomendasikan pembaruan kepemimpinan di Universitas PTIQ Jakarta.

Demikian salah satu rekomendasi hasil Silaturahmi Kebangsaan (SILATNAS) IKAPTIQ yang digelar di Wisma Syahida Inn Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (8/10/2024). 

Ajang pencak silat nasional IKAPTIQ bertajuk “Mempertahankan Arah Baru PTIQ Universitas Jakarta Menyongsong Indonesia Emas 2045” diikuti oleh alumni PTIQ angkatan 1971 hingga angkatan 2020.

Selain alumni, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Zakcky Siradj, dan Wakil Rektor I PTIQ Universitas Jakarta Imam Addaruqutni.

Temu nasional alumni PTIQ mengungkap gagasan-gagasan utama strategis bagi kemajuan PTIQ sebagai perguruan tinggi.

Hal ini tercermin dari dialog yang disampaikan para pembicara alumni PTIQ yang sebelumnya memimpin universitas tersebut.

Dede Rosyada alumni PTIQ angkatan 1977 dalam kesempatan itu menanyakan prasyarat yang harus dipenuhi PTIQ Universitas Jakarta agar bisa menjadi kelas internasional. 

“Berapa banyak mahasiswa asing yang belajar dan guru asing yang mengajar di PTIQ? Berapa banyak mahasiswa PTIQ yang mengikuti sandwich di universitas luar negeri? Berapa banyak publikasi di jurnal terkenal yang terindeks global seperti Scopus? dan seterusnya. Ini penting untuk mendorong PTIQ menjadi a perguruan tinggi. , ” kata Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2019.

Hal serupa juga diungkapkan Masykuri Abdillah.

Menurutnya, PTIQ harus mampu memenuhi delapan standar universitas agar bisa bersaing dengan universitas lain.

Menurutnya alumni PTIQ bagus karena gurunya mumpuni dan fasilitasnya memadai. Selain itu pengelolaan dan keuangan kampus juga harus baik.

“Salah satu yang bisa menurunkan nilai PTIQ adalah rektor tidak boleh menjabat lebih dari dua periode,” kata alumni angkatan 1977 yang kini menjabat Staf Khusus Wakil Presiden RI periode 2019-2024 itu. .

Sementara itu, Musni Umar menyampaikan agar PTIQ kembali pada program delegasi mahasiswa daerah seperti saat PTIQ didirikan.

Namun Rektor Ibnu Chaldun mengatakan, alumni PTIQ hendaknya tidak hanya fokus pada agama dan budaya saja. 

“PTIQ harus melahirkan khalifah, sebagaimana diajarkan Al-Quran, tidak hanya di bidang agama, tapi khalifah di berbagai bidang kehidupan, ekonomi, politik, dan sosial,” kata alumni Sultra angkatan 1972 itu.

Berdasarkan pendapat yang berkembang dalam Silatnas Nasional, alumni PTIQ berpesan kepada pimpinan PTIQ untuk melakukan pembenahan kepengurusan sekaligus memperbaharui kepemimpinan PTIQ Universitas Jakarta.

Mengingat kepemimpinan Rektor PTIQ Nasaruddin Umar mengabdi lebih dari 20 tahun, hingga 25 tahun. 

“Apalagi Prof. H. Nasaruddin Umar, MA sangat sibuk di tingkat nasional dan internasional. Oleh karena itu, konsentrasi pimpinan di PTIQ kurang ideal,” kata peserta Silatnas itu.

Berikut tiga rekomendasi utama Silat Nacional IKAPTIQ 2024:

1. Perlu adanya reformasi pengelolaan kelembagaan Universitas PTIQ Jakarta

2. Universitas PTIQ Jakarta dan Yayasan Pendidikan Al-Quran harus turut serta alumni PTIQ mengambil keputusan strategis untuk pengembangan kampus.

3. Perlu adanya pengembangan kepemimpinan PTIQ Universitas Jakarta, mengingat era Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA selama 25 tahun. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *