Siapa yang Bocorkan Dokumen Rahasia AS tentang Potensi Rencana Serangan Israel terhadap Iran?

TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat sedang menyelidiki bagaimana dua dokumen rahasia AS yang berisi rencana Israel untuk menyerang Iran bocor di Telegram.

Menurut New York Times, dokumen ini baru-baru ini disiapkan oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional AS.

Makalah ini menganalisis informasi dan gambar yang dikumpulkan oleh satelit mata-mata AS.

Berdasarkan analisis Center for Responsible Statecraft, sebuah wadah pemikir yang fokus pada kebijakan luar negeri AS, terdapat berbagai teori terkait kebocoran dokumen tersebut.

Teori pertama adalah bahwa peretas Iran menyerang badan intelijen AS dan merilis dokumen tersebut sebagai bagian dari operasi psikologis melawan Israel.

Mengingat sejarah peretasan Iran di masa lalu, kecil kemungkinan mereka akan meretas Amerika Serikat.

Iran juga mempunyai alasan yang jelas, namun mengisyaratkan bahwa mereka mungkin tidak mampu mempertahankan diri dari serangan yang direncanakan Israel, sehingga mereka memilih membocorkan informasi untuk menggagalkan upaya pembunuhan. Ilustrasi dokumen AS di Telegram (YouTube CBS News)

Kedua, informasi ini mungkin dibocorkan oleh seseorang di pemerintahan AS, namun penyelidikan yang dilakukan pemerintah AS sendiri tampaknya menghasilkan kesimpulan sebaliknya.

Mereka sekarang mulai menyaring aktor dari luar.

Ketiga, pemerintahan AS yang dipimpin oleh Joe Biden mungkin sengaja mengeluarkan informasi ini untuk menunda serangan Israel.

Biden mungkin tidak punya nyali untuk mengatakan tidak kepada Israel secara langsung, sehingga ia memilih untuk membocorkan informasi intelijen dengan tujuan menunda rencana Israel, setidaknya sampai setelah pemilu AS.

Keempat, Israel sendiri mungkin telah merilis informasi ini untuk menyesatkan Iran tentang ancaman tersebut.

Kelima, penyelidikan AS juga mempertimbangkan kemungkinan keterlibatan aktor eksternal.

Pertanyaannya adalah apakah sekutu dekat AS, negara Five Eyes (FVEY), atau sekutu NATO yang memiliki akses terhadap intelijen FVEY membocorkan informasi tersebut.

Jika benar demikian, hal ini menunjukkan bahwa sekutu dekat AS sangat kecewa dengan penolakan Biden untuk membiarkan Netanyahu memulai perang terbesar di Timur Tengah sejak Perang Dunia II sehingga mereka mengambil tindakan sendiri untuk menggagalkan rencana Netanyahu untuk melakukan eskalasi. Kronologi penyebaran dokumen rahasia

Menurut CBS News, dokumen yang bocor menunjukkan bahwa Israel masih memindahkan aset militernya sebagai persiapan serangan militer terhadap Iran.

Dokumen dapat dibagikan di jaringan Five Eyes, sebuah aliansi negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, Kanada, Selandia Baru, dan Australia.

Dokumen-dokumen tersebut diunggah ke saluran Telegram bernama Middle East Spectator pada pukul 18.00 ET pada hari Kamis (17 Oktober 2024).

CNN dan Axios pertama kali memberitakan pada Sabtu (19/10/2024) tentang dokumen yang diberi label “sangat rahasia”.

Ketua DPR AS Mike Johnson mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

Gedung Putih menolak mengomentari dokumen yang bocor tersebut, meskipun Johnson mengonfirmasi bahwa penyelidikan sedang dilakukan. Isi berkas

Kedua dokumen yang bocor tersebut tampaknya didasarkan pada informasi satelit yang diterima pada tanggal 15 dan 16 Oktober, lapor BBC.com.

Menurut Reuters, dokumen pertama berjudul: “Israel: Angkatan Udara Melanjutkan Persiapan Serangan terhadap Iran dan Melakukan Latihan Kekuatan Skala Besar Kedua.”

Dokumen tersebut menjelaskan pengoperasian rudal balistik dan rudal permukaan-ke-udara.

Dokumen kedua berjudul, “Israel: Pasukan Pertahanan Terus Mempersiapkan Amunisi Awal dan Beberapa Drone yang Hampir Tersembunyi untuk Menyerang Iran.”

Dokumen tersebut membahas operasi drone Israel.

Salah satu dokumen yang bocor menyangkut kemampuan nuklir Israel, yang tidak pernah diakui secara resmi oleh AS dan Israel.

Seorang mantan pejabat intelijen AS mengatakan kepada BBC bahwa pelepasan tanpa izin tersebut dapat mengungkap besarnya rencana pembalasan dan mungkin menghentikannya.

(Tribunnews.com, Tiara Sheravi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *