Serikat Buruh di Asia Serentak Gelar Aksi May Day, Massa Turun ke Jalan Tuntut Kenaikan Upah

Reporter Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

BERITA TRIBUNE.

Dalam demonstrasi May Day yang diadakan di lebih dari 10 lokasi di Korea Selatan, para pekerja dari serikat pekerja KCTU mengkritik rancangan undang-undang kontroversial Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol yang membatasi hak-hak sipil untuk menuntut kompensasi.

“Selama dua tahun terakhir di bawah pemerintahan Yoon Suk Yeol, kehidupan para pekerja kami mengalami depresi,” Yang Kyung-soo, ketua Serikat Pekerja Korea, mengatakan kepada kron4.

Selain di Korea Selatan, 10.000 orang di Jepang dilaporkan berkumpul di Taman Yoyogi di pusat kota Tokyo untuk melakukan unjuk rasa May Day, menuntut upah yang lebih tinggi.

Permintaan tersebut diajukan oleh Masako Obata, ketua serikat pekerja sayap kiri. Dalam sambutannya, Obata menyampaikan bahwa tahun ini upah di Jepang tertinggal jauh dibandingkan negara-negara besar lainnya.

Jika hal ini tidak diubah, maka akan semakin banyak pekerja Jepang yang hidup dalam kemiskinan akibat ketimpangan pendapatan.

“May Day ini, kami bersatu dengan para pekerja kami di seluruh dunia untuk memperjuangkan hak-hak mereka,” katanya, “banzai!” atau umur panjang, untuk semua karyawan.

Sementara itu, pada Rabu sore, ibu kota Filipina, Manila, dipenuhi ratusan pekerja dan aktivis sayap kiri yang melakukan protes massal menuntut upah yang lebih tinggi dan keamanan kerja di tengah meningkatnya pengangguran akibat harga pangan dan bahan bakar.

Mengibarkan bendera merah, para pengunjuk rasa Filipina memegang plakat bertuliskan “Kami bekerja untuk hidup, bukan mati” dan “Harga lebih rendah atau upah lebih tinggi,

Berbeda dengan negara lain, pemerintah Turki melarang pekerja, serikat pekerja dan LSM mengadakan protes May Day di Taksim Square di pusat kota Istanbul. Undang-undang ini dilarang oleh Menteri Administrasi Nasional Turki, Ali Yerlikaya, pada Selasa (30/4/2024).

Melalui cuitan di situsnya X, Yerlikaya mengatakan pembatalan unjuk rasa May Day pada 1 Mei di Lapangan Taskim diumumkan karena alasan keamanan masyarakat.

“Taksim Square bukanlah salah satu tempat pertemuan dan pertemuan yang direncanakan. “Daerah ini, dengan lalu lintasnya yang padat, dapat menimbulkan ancaman serius terhadap perlindungan hak asasi manusia,” kata Yerlikaya dalam pernyataannya.

Prioritas kementerian adalah memperkuat keamanan dan keselamatan di metro, tegas Yerlikaya.

Sejarah May Day

May Day atau Hari Buruh merupakan hari untuk memperingati perjuangan dan kemenangan bersejarah kaum buruh dan gerakan buruh di seluruh dunia. Acara ini diadakan untuk memperingati kerusuhan Haymarket di Chicago.

Kerusuhan ini bermula akibat terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada abad ke-18 yang berdampak besar pada hubungan antara pekerja dan pengusaha. Keadaan ini langsung menimbulkan pemogokan di kalangan buruh yang mencapai puncaknya pada tanggal 1 Mei 1886 atau akhir abad ke-19.

Salah satunya adalah insiden Haymarket, yaitu pemogokan selama empat hari yang terjadi di beberapa negara dan melibatkan ratusan ribu pekerja. Pada saat yang sama, polisi berusaha menekan aktivitas masyarakat. Namun, ada pula yang melemparkan bom hingga polisi melepaskan tembakan.

Akibatnya, tujuh polisi tewas dan 60 lainnya luka-luka, serta 4 hingga 8 warga sipil diyakini tewas dan 30-40 lainnya luka-luka. Kerusuhan Haymarket di Chicago menjadi simbol perjuangan internasional untuk hak-hak pekerja dan pekerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *