Serangan Israel ke Rafah Tuai Kecaman Internasional, Netanyahu Ngeyel Tetap Lanjutkan Perang di Gaza

TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan melanjutkan perang melawan Hamas di Gaza.

Pengumuman itu disampaikan Netanyahu di tengah kecaman internasional atas serangan udara di Rafah pada Minggu (26/5/2024) yang menewaskan puluhan warga Palestina.

Sebanyak 45 orang tewas, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Sementara itu, ratusan orang dirawat karena luka bakar parah, patah tulang, dan luka akibat pecahan peluru.

“Serangan itu merupakan kecelakaan yang tragis,” kata Netanyahu pada Selasa (28/5/2024), dilansir BBC.

“Saya kira perang tidak harus berakhir sebelum semua tujuan tercapai,” lanjut Netanyahu.

Dia menekankan bahwa penting bagi Israel untuk mengambil “setiap tindakan pencegahan” untuk melindungi warga sipil.

Menurutnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggunakan “upaya terbaik mereka untuk menghindari kerugian bagi mereka yang tidak terlibat” dalam konflik tersebut. Kecaman internasional

Beberapa negara dan organisasi dunia mengutuk serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah, sebuah kota di selatan Gaza, yang menewaskan 45 warga Palestina, termasuk anak-anak.

Presiden Palestina menuduh Israel sengaja menargetkan warga sipil, sebuah tindakan yang dikutuk di seluruh dunia setelah serangan tersebut.

“Genosida keji yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel merupakan tantangan terhadap semua resolusi legitimasi internasional,” kata Presiden Palestina dalam pernyataannya, Senin (27/5/2024) seperti dikutip AP News.

Berikut beberapa negara yang mengecam serangan Israel di Rafah:

1. Qatar

Qatar mengutuk serangan Rafah sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional yang memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza yang terkepung.

Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri mengatakan serangan itu akan mengganggu upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera.

Qatar, bersama dengan AS dan Mesir, telah melakukan negosiasi selama berbulan-bulan dengan tujuan mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

2. Mesir

Mesir mengutuk “pengeboman yang disengaja” tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri meminta Israel untuk “menerapkan langkah-langkah yang diperintahkan oleh Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai penghentian segera operasi militer” di Rafah.

3. Turki

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan melakukan “segala kemungkinan” untuk meminta pertanggungjawaban Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang “biadab” atas serangan mematikan itu.

“Kami akan melakukan segala yang mungkin untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang barbar dan pembunuh yang tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan ini,” katanya. Warga Palestina berkumpul di lokasi serangan Israel di kamp pengungsi di Rafah pada 27 Mei 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (AFP/EYAD BABA)

4. Spanyol

Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albarez mengatakan pemboman Rafah adalah “hari lain pembunuhan warga sipil Palestina yang tidak bersalah”.

Dia mengatakan intensitas serangan itu “lebih besar” setelah ICJ memerintahkan Israel menghentikan operasinya di Rafah dan wilayah lain di Gaza.

5. Irlandia

Menteri Luar Negeri Irlandia Michael Martin menggambarkan serangan itu sebagai tindakan yang “biadab”.

“Kita tidak bisa mengebom daerah-daerah tersebut tanpa menimbulkan dampak yang mengejutkan terhadap anak-anak dan warga sipil yang tidak bersalah.”

“Kami meminta Israel untuk berhenti, dan berhenti sekarang juga, dalam hal operasi militer di Rafah,” tegasnya.

6. Norwegia

Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eid mengatakan serangan itu merupakan “pelanggaran material terhadap keputusan pengadilan tertinggi dunia”.

“Kami mendapat perintah wajib dari Mahkamah Internasional yang memerintahkan Israel menghentikan serangan terhadap Rafah. Itu wajib. Mengikat,” jelasnya.

Sekadar informasi, Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat pada Selasa atas permintaan Aljazair untuk membahas serangan Rafah.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan serangan itu telah menewaskan “banyak warga sipil tak berdosa yang hanya mencari perlindungan dari konflik mematikan ini”.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza. “Kengerian ini harus dihentikan,” katanya.

Sebelumnya, Israel menyerang Rafah pada hari Minggu, beberapa bulan setelah Hamas melancarkan serangan rudal pertamanya ke Tel Aviv.

Dua komandan senior Hamas tewas dalam serangan di Rafah, dan pejabat IDF mengatakan mereka sedang menyelidiki kematian warga sipil di daerah tersebut.

Namun, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan serangan udara menargetkan tenda pengungsi di dekat fasilitas PBB di Tal al-Sultan, sekitar 2 km (1,2 mil) barat laut dari pusat Rafah.

Video dari lokasi kejadian di kawasan Tal al-Sultan pada Minggu malam menunjukkan ledakan dahsyat dan kebakaran besar.

Kampanye militer Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika orang-orang bersenjata Hamas menyerang Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang.

Lebih dari 36.000 warga Palestina telah tewas dalam perang sejak itu, menurut kementerian kesehatan Hamas di Gaza.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina Vs Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *