Oleh reporter Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, CIKARANG – Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memperkirakan penjualan sepeda motor listrik tahun ini berkisar 70.000 unit.
Angka tersebut jauh dari target pemerintah yaitu 13 juta kendaraan roda dua pada tahun 2030.
Sekretaris Jenderal AISI Hari Budianto mengaitkan lambatnya adopsi sepeda motor listrik dengan potensi kendaraan listrik itu sendiri.
Alasan masyarakat menggunakan sepeda motor di Indonesia karena,” jelas Hari di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (5). /11/2024).
Pengguna sepeda motor di Indonesia sebagian besar melakukan kegiatan ekonomi, mulai dari pekerja informal hingga pekerja pabrik.
Sepeda motor dianggap sebagai cara paling efektif untuk menghemat waktu dan uang dalam aktivitas luar ruangan. Apalagi sepeda motor tersebut dijual dengan harga yang mampu dijangkau oleh sebagian besar masyarakat.
“Proyek kecil masyarakatnya apa? Sepeda motor dinas, orang-orang yang bekerja di pabrik, kalau dia berusaha untuk membawa pemerintahan, tapi berapa hari, dia bisa mengendalikan waktu? Itu sepeda motor yang paling kecil dan paling kecil,” kata Hari.
Sepeda motor listrik yang memerlukan pengisian daya dinilai kurang diminati masyarakat.
Meski terdapat stasiun pemindahan baterai, sebagian besar pemasangannya masih berada di wilayah Jakarta. Hal ini akan menyulitkan masyarakat di wilayah pendukung Jakarta.
“Iya sekarang akinya sudah ganti, fokusnya di mana? Kebanyakan Jakarta, Jaksel, jadi kalau mau ke Cikarang mungkin masih percaya diri, ada yang bawa dua aki, karena rata-rata jarak tempuhnya 60 kilometer” Tapi dengan dua baterai, harga sepeda motor akan lebih tinggi,” ujarnya.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi produsen untuk menyediakan sepeda motor listrik dengan jangkauan jauh, menyediakan tambahan infrastruktur pengisian daya dan penggantian baterai.
“Ini yang perlu dibenahi oleh pabrikan,” kata Hari. Jadi sepeda motor bisa dipakai kemana saja,” kata Pak Hari.