Dilansir reporter Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota DPD RI daerah pemilihan Papua Barat Filep Wamafma mendukung paket kepemimpinan DPD Pro Perubahan yang terdiri dari Sultan Bachtiar Najamudin, Fadel Muhammad, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dan Yorrys Raweyai.
Philip mengaku mendukung penuh pembahasan kepemimpinan DPD Untuk Perubahan, asalkan memiliki sumber daya, kemampuan diplomasi, dan visi yang jelas untuk melakukan perubahan mendasar di DPD RI.
“Jadi kenapa kita tidak memilih angka-angka yang bagus (untuk mendukung perubahan). Daripada memilih mengulang pemimpin-pemimpin saat ini yang tidak berdampak signifikan,” kata Philep dalam pidatonya, Rabu (24/7/24).
Namun Filep mengungkapkan, paket kepemimpinan DPD Pro Perubahan belum diumumkan ke publik.
Artinya, banyak anggota Partai Demokrat dan calon pimpinan NDP saat ini yang kurang memahami aturan yang ada.
Menurut Filep, alasannya hingga saat ini belum ada perubahan peraturan perundang-undangan DPD untuk mengakomodir sistem pemilihan DPD secara paket. Ya, tapi dari Bumi.
“Jadi mereka takut untuk bersuara di depan umum,” kata Feilep.
Lebih lanjut Filep memperkirakan, permasalahan DPD periode 2019-2024 sudah dimasukkan ke dalam figur pimpinannya.
Faktanya, bentuk pemimpin mempunyai dampak besar terhadap kuat tidaknya kepemimpinan dalam organisasi.
“Kepemimpinan DPJ harus memainkan peran yang sangat penting dalam hubungan antar lembaga, khususnya hubungan antara DPJ dan lembaga eksekutif,” kata Philip.
Ia mengatakan permasalahan yang dihadapi organisasi DPD selama lima tahun terakhir adalah lemahnya pelaksanaan misi diplomasi. Kemampuan Philep untuk menggunakan pemimpin sebagai juru bicara utama organisasi tidak banyak diketahui.
Keinginan banyak pensiunan anggota parlemen dan pengawasan banyak dewan telah gagal mengikuti jejak DPD dengan baik
Fillop mencontohkan, selama lima tahun terakhir, rancangan undang-undang (RUU) usulan DPD belum ada yang dibahas DPR.
Faktanya, organisasi perwakilan regional mempunyai kewenangan untuk mengajukan proposal bersama pemerintah Korea Utara.
Yang pertama adalah Kepulauan (RUU). Bahkan, Philip menyebut RUU tersebut sudah mendapat perintah debat presiden.
Kedua, RUU Badan Usaha Desa (Bumdes) dan ketiga, Alkitab bahasa daerah.
Ia mengatakan, sebetulnya seluruh anggota DPD bahkan beberapa komite berupaya semaksimal mungkin untuk membahas ketiga usulan tersebut.
“Ini jelas memakan banyak waktu, tenaga dan keuangan publik,” katanya.
Dengan begitu, Philip menilai pimpinan DPP saat ini belum memiliki kemampuan menyelesaikan diplomasi politik dengan pimpinan DPP.
Oleh karena itu, tiga usulan yang diajukan DPP tidak dibahas oleh perwakilan masyarakat.
Oleh karena itu, kepemimpinan Demokrat ke depan harus mampu bekerja sama dengan Partai Demokrat dan pemerintah agar aspirasi daerah dapat terealisasi dengan baik, ”ujarnya.
Di luar itu, Phillip mengaku tidak ingin memenangkan pemilihan Senat di distrik tersebut. Bahkan, itulah yang menjadi sasaran sanjungan para penggemar.