TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suasana ruang rapat Nusantara V Kompleks Parlemen Sinaan, Jakarta, Rabu (2/10) sore berubah menjadi riuh tepuk tangan.
Momen tersebut terjadi ketika ratusan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menggelar rapat penentuan calon pimpinan MPR RI periode 2024-2029.
Tepuk tangan meriah setelah Anggota DPDRI Eka Christina Yemu dari Papua Tengah mengungkapkan kekecewaannya atas kurangnya perhatian para senator yang mengadakan pertemuan.
Bahkan, sejumlah anggota DPD RI pun ikut memberikan nada untuk mengungkapkan sentimen yang diungkapkan Eka Cristina.
Eka Cristina dan ratusan senator dari seluruh tanah air harus menahan lapar dan haus saat mengikuti rapat penentuan kepemimpinan DPDRI kemarin.
Bahkan, perempuan yang pernah menjadi dosen FKIP-program studi geografi Universitas Sendarvasia ini yakin, kisah hatinya juga menjadi isi keseharian ratusan anggota DPDRI lainnya.
Semula DPD RI mengagendakan pertemuan pada hari ini, Rabu (2/10) pukul 17.00 WIB untuk membahas calon pimpinan MPRI dari unsur DPDRI.
Pantauan Tribun News di lokasi, hingga pukul 17.00 WIB, seluruh anggota DPD RI belum seluruhnya berkumpul di ruang sidang Nusantara V. Satu per satu tiba di tengah rapat.
Berdasarkan kehadiran, terlihat saat memasuki ruang Nusantara V banyak anggota DPD yang tidak hadir tepat waktu. Ketua Kelompok DPDRI pun meresmikan pertemuan tersebut. Namun, begitu rapat dimulai, rapat kali ini kembali ‘dihujani gangguan’.
Para senator meminta pembahasan pimpinan MPRRI dari unsur DPDRI dimulai setelah salat magrib. Ingat, akan ada nomornya jika debat dimulai pukul 17.00 WIB.
Ketua Fraksi DPD pun sepakat memperbolehkan para senator turun tangan untuk memulai rapat pembahasan pimpinan MPRI mulai pukul 19.00 WIB. Usai kesempatan yang dilanjutkan pada pukul 19.00 WIB, Senator Ana Latuconsina meminta agar pada masa penilaian hingga pembukaan rapat, unsur Sekjen DPDR menyiapkan seluruh perlengkapan administrasi pemilihan pimpinan MPRI. Jadi, senator masuk ke ruang rapat tanpa menunggu fotokopi dll.
Mengingat tadi malam kami hampir datang dini hari, maka berada di ruangan ini mengalami kendala administrasi akibat tertundanya proses seleksi, kata Anna.
Selanjutnya, Eka Cristina Yamo menyampaikan intervensi kepada Ketua Kelompok DPDRI. Kekecewaannya pun ia ungkapkan atas tidak fokusnya anggota DPD RI saat rapat pemilihan pimpinan DPD RI pada Selasa (1/10) malam.
Dimana, pertemuan tersebut digelar mulai pukul 19.00 WIB hingga 04.30 WIB pada Rabu (2/10).
Eka mengaku lapar saat menghadiri sidang DPD RI.
“Di sini kita mau bilang, kemarin kita dari jam 7 sampai jam 4.30. Kalau bisa, saya mau tanya, kemarin kita lapar kan? Saya lapar sekali, maaf,” kata Aika.
Eka juga mengatakan, makanan dan minuman harus disiapkan bagi anggota DPD RI yang akan menghadiri rapat atau berkumpul dalam pemilihan pimpinan MPRI dari unsur DPD RI.
“Mari kita luangkan waktu sejenak dan memperhatikan waktu. Oke, kita bisa menyiapkan makan malam.” “Kalau di luar jam kerja mohon diperhatikan,” lanjutnya.
Mendengar penuturan Eka, ratusan anggota DPDRI pun ikut bertepuk tangan. Jadi, ruangan Nasantaravi menjadi hidup.
Beberapa anggota DPDRI juga terlihat tersenyum sambil mengacungkan jempol kepada Eka.
Ditemui terpisah dalam pertemuan tersebut, Eka menyampaikan bahwa tidak boleh ada kejadian kelaparan dan kehausan anggota GDPR dalam pertemuan tersebut.
“Kami tidak bisa makan, kami tidak bisa minum.” Sampai kami pulang dalam keadaan lapar. Jadi tidak bisa terulang kembali. Katanya, ini lembaga besar, bukan lembaga kecil.
Eka juga berharap kejadian lapar dan haus yang dialami anggota DPD RI tidak terulang kembali pada pertemuan-pertemuan mendatang.
Selain itu, ia sendiri mengaku masih baru dan belum mengetahui mekanisme penyiapan konsumsi di DPDRI.
“Aku tidak mengetahuinya, kami baru saja masuk.” Kemudian periksa bagian mana yang dikontrolnya nanti. “Harus dikelola dengan baik,” jelasnya (Tribune Network/Yude)