TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dunia dihebohkan dengan kabar sedot lemak menyebabkan kematian. Penyanyi kondang asal Medan kehilangan nyawa gara-gara ulahnya tersebut.
Viral, selebgram Ella Nanda Sari Hasibuan atau ENS (30) meninggal usai menjalani sedot lemak di salon kecantikan di Beji, Depok, Jawa Barat, Senin (22/7/2024) lalu.
Berikut fakta-fakta penyebab kematian para selebritis saat sedot lemak dan ulasan dokter mengenai keamanan sedot lemak.
Sedot Lemak di Lengan, ENS Celebgram Kejang dan Pecahnya Pembuluh Darah Jelang Kematian
Melansir Kompaas.com, selebgram asal Medan itu melakukan sedot lemak pada kedua tangannya.
Begini penuturan kuasa hukum Klinik WSJ, Rikardo Siahaan. Foto Instagram Terkenal Medan Ella Nanda Sari (kiri) dan Klinik Kecantikan Depok, Jawa Barat (HO Collage/TribunBengkulu.com)
Saat dilakukan tindakan penyedotan di Klinik WSJ, Senin (22/7/2024) sore, pukul 12.30 WIB, awalnya dalam keadaan normal.
Bahkan, setelah penyedotan pertama, ENS mengabadikan kedua lengan dan tangannya melalui kamera ponsel.
Namun saat penyerapan, ENS tiba-tiba tidak sadarkan diri, korban masih sadar.
Diposting oleh Wartakotalive.com. Rikardo mengatakan, permasalahan tersebut terjadi saat prosedur sedot lemak lengan kedua, korban mengalami luka hingga prosedur selesai.
Menurut Rikardo, dokter di tempat kerja mulai memberikan infus untuk membantu.
Namun, saat dokter sedang mencari selang untuk memasukkan jarum, tiba-tiba pembuluh darah korban pecah.
“Dokternya langsung menyuntik, pas mau menyuntik, cari jantungnya, pembuluh darahnya tidak dipotong (saat akan menyuntik), yang kedua kali tidak bisa. “ucap Ricardo.
Dengan meningkatnya penyakit ENS, pihak rumah sakit membawa korban ke rumah sakit dekat Margonda.
Saat itu, menurut Rikardo, korban masih hidup.
“Setelah diantar ke RS, sesampainya kalau tidak salah, saat melihat wajah korban, diberitahu bahwa dia tidak ada (meninggal dunia),” kata Ricardo. ENS disuruh tidak istirahat, agar lemaknya langsung menyerap setelah menempuh perjalanan dari Medan ke Depok
Rikardo mengatakan, korban tampaknya tidak jujur mengenai kondisinya sebelum peristiwa kelahiran tersebut.
Pihak Laos mengatakan terdakwa tidak berlaku adil terhadap dokter tersebut karena tidak pensiun menjadi dokter.
“Dokternya bekerja cepat. Akhirnya sambil berjalan dokter menyadari bahwa orang yang terluka itu salah menjawab, karena ketika ditanya apakah dia istirahat, dia menjawab bahwa dia istirahat 2 hari, tetapi ketika ditanya olehnya. Sopir yang menemani, “korban dijemput di bandara, sesampainya di sana meninggal dunia dari Medan,” ujarnya.
Kepada dokter, korban pun membenarkan bahwa dirinya beristirahat selama dua hari sebelum menjalani perawatan.
“Dalam prosedur penyedotan, jika bagian kosmetik belum siap untuk memeriksa ke laboratorium, maka pasien akan diminta melakukan tes diagnostik di rumah sakit, sehingga dokter kosmetik mengetahui kondisi pasien selama tindakan,” ujarnya.
Hasil pemeriksaan laboratorium, dokter menunjukkan kondisi pasien lebih baik dibandingkan sebelum operasi sedot lemak.
“Setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan, termasuk tes darah, hasilnya normal, korban baik-baik saja,” ujarnya. Evaluasi dokter terhadap sedot lemak bukanlah prosedur yang menyebabkan kematian.
Tak hanya ENS, Nanie Durham merupakan salah satu veteran yang mengalami nasib serupa. Dia meninggal setelah sesak napas.
Lantas, mengapa hasil sedot lemak atau liposuction bisa menyebabkan kematian?
Ahli Bedah dari Beyoutiful Beauty Center, Dr. Teuku Adifitrian, Sp.BP-RE., atau sebagai Dr. Tompi menjelaskan, sedot lemak bisa berujung pada kematian.
Dr Tompi menjelaskan, sedot lemak bisa membunuh orang, karena pasien mempunyai masalah yang serius.
Permasalahan serius ini disebabkan oleh prosedur medis non-prosedural.
Menurut Tompi, komplikasi yang menyebabkan kematian saat sedot lemak disebut emboli.
Apa itu emboli?
Tompi menjelaskan, emboli adalah kondisi ketika partikel lemak terkelupas dan tersangkut di organ tubuh tertentu.
“Akibatnya bisa menyebabkan emboli. Kalau lemak tersangkut di organ penting, akibatnya bisa kematian, menyebabkan kematian saat bekerja,” jelas Tompi mengutip Kompas.com.
Menurut Halodoc, banyak organ penting seperti otak, jantung, dan paru-paru yang menjadi tempat terjadinya emboli hingga berujung pada kematian.
Emboli di otak dapat menyebabkan stroke. Emboli paru dapat menyebabkan emboli paru.
Selain penyakit fungsional, emboli yang terjadi dalam jangka waktu lama menyebabkan tubuh mengalami kerusakan permanen.
Tompi menjelaskan, sedot lemak dengan prosedur sesuai standar kesehatan internasional aman.
Menurut dia, kasus kematian akibat prosedur ini sangat rendah.
“Sesuai rekomendasi jurnal kedokteran, angka kematiannya tidak tinggi dan tidak rendah. Ada pro dan kontra seperti prosedur lainnya, tinggal bagaimana caranya. Keamanan,” kata Tompi. Penyedotan aman jika Anda memenuhi persyaratan keselamatan
Tompi menjelaskan, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan sedot lemak.
Pertama-tama, sedot lemak sebaiknya dilakukan di tempat yang terpercaya dengan dokter bedah yang mumpuni di bidangnya.
Kedua, prosedur sedot lemak harus dilakukan dengan baik, bahkan sejak tahap persiapan dan anestesi pasien.
Terakhir, lanjut Tompi, dokter harus memperhatikan penatalaksanaan atau penatalaksanaan akhir dari sedot lemak.
“Jika semua itu dilakukan, risiko komplikasi dalam penyedotan bisa terhindar,” kata Tompi.
(Tribunnews.com/Anita K Wardhani/Garudea Prabawati) (Wartakotalive.com/M. Rifqi Ibnumasy) (Kompas.com/Dinda Aulia Ramadhanty)