TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres memperingatkan semua pihak yang berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.
Ia berani menyimpulkan bahwa pihak-pihak yang terlibat tidak tertarik untuk mengakhiri perang.
Berbicara kepada CNN menjelang pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB, Guterres juga meragukan kemungkinan gencatan senjata.
“Jelas bagi saya bahwa tidak ada pihak yang tertarik pada gencatan senjata. Dan itu adalah sebuah tragedi, karena ini adalah perang yang harus dihentikan,” katanya.
“Baik pemerintah Israel maupun Hamas tidak menginginkan gencatan senjata.”
Menyusul peningkatan intensitas tembakan lintas batas antara Israel dan Hizbullah pada minggu ini, Sekretaris Jenderal PBB juga memperingatkan risiko mengubah Lebanon menjadi wilayah Gaza yang lain.
“Yang membuat saya khawatir adalah kemungkinan mengubah Lebanon menjadi Gaza yang lain.”
Secara terpisah pada hari Minggu, menteri luar negeri Mesir memperingatkan risiko perang regional ketika pertempuran antara Israel dan Hizbullah Lebanon semakin meningkat.
Dia juga mengatakan eskalasi tersebut mempunyai “dampak negatif” pada perundingan gencatan senjata di Gaza.
Mesir, yang merupakan salah satu negara utama yang memfasilitasi perundingan gencatan senjata di Gaza bersama dengan Amerika Serikat dan Qatar, memiliki tekad dan komitmen penuh untuk melanjutkan upaya perundingan perjanjian gencatan senjata, kata Badr Abdelatty.
“Semua komponen kesepakatan sudah siap,” kata Abdelatty.
“Masalahnya adalah kurangnya kemauan politik di pihak Israel,” tambahnya.
Abdelatty juga menyalahkan “kebijakan provokatif” Israel atas meningkatnya pertempuran dengan Hizbullah. Update Perang Terbaru
Angkatan Udara Israel melancarkan puluhan serangan udara pada Senin (23/9/2024) pagi di Lebanon selatan, kata media pemerintah dan militer Israel.
Penduduk beberapa desa di Lebanon selatan memposting foto di media sosial yang menunjukkan kota mereka diserang.
Kantor Berita Nasional milik pemerintah juga melaporkan serangan udara di beberapa daerah.
Juru bicara militer Israel yang berbahasa Arab mengatakan angkatan udara Israel menyerang sasaran yang terkait dengan kelompok militan Hizbullah di Lebanon.
Gelombang serangan udara terjadi setelah hari yang menegangkan ketika Hizbullah menembakkan lebih dari 100 roket ke Israel utara, beberapa di antaranya mendarat di dekat kota Haifa.
Serangan roket Hizbullah terjadi setelah serangan udara Israel di pinggiran Beirut pada hari Jumat yang menewaskan seorang komandan militer Hizbullah dan lebih dari selusin anggota Hizbullah, serta puluhan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Pekan lalu, ribuan perangkat komunikasi, yang sebagian besar digunakan oleh anggota Hizbullah, meledak di berbagai wilayah Lebanon, menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.
Lebanon menyalahkan Israel atas serangan itu, namun Israel tidak membenarkan atau menyangkal tanggung jawab. Gubernur Yerusalem dilarang memasuki Tepi Barat
Pada hari Minggu, otoritas Israel mengeluarkan perintah kepada gubernur Palestina di Yerusalem, Adnan Gheith, yang melarang dia memasuki Tepi Barat selama empat bulan lagi.
Kantor “Media Kegubernuran Yerusalem” menjelaskan bahwa dinas intelijen Israel di pusat penahanan dan interogasi “Maskobiyya” memanggil Gubernur Gheith untuk diinterogasi.
Setibanya di sana, ia menerima perintah pembaruan yang berlaku selama enam tahun berturut-turut dan ditandatangani oleh “Komandan Wilayah Tengah” tentara Israel.
Sejak Gubernur Gheith menjabat pada tahun 2018, ia telah menghadapi serangkaian pembatasan dan tindakan, yang paling menonjol adalah “tahanan rumah setelah dakwaan terhadapnya,” yang didahului dengan tahanan rumah di kota Silwan di Yerusalem, “tempat tinggalnya,” larangan berpartisipasi dalam aktivitas apa pun, dan larangan memasuki Tepi Barat.
Selain itu, rumahnya berulang kali diserbu dan digeledah, dan dia beberapa kali diculik, ditahan atau dipanggil untuk diinterogasi.
(Tribunnews.com/Chrysnha)