Dilansir reporter Tribunnews.com Renas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Digitalisasi teknologi supply chain management (SCM) semakin populer di kalangan perusahaan Indonesia.
Hal ini mengacu pada penelitian pengembang software-as-a-service (SaaS) Mecari SCM Journal, dimana 58 perusahaan Indonesia telah melakukan digitalisasi sistem manajemen SCM miliknya.
Salah satu alasan utama dilakukannya hal ini adalah karena dapat membantu meningkatkan pendapatan perusahaan.
Chief Business Officer (CBO) Mecari Jansen Jumino menjelaskan fenomena tren digitalisasi rantai pasok ini.
Manajemen rantai pasokan dapat mengendalikan biaya operasional, meminimalkan dampak volatilitas pasar dan meningkatkan pendapatan perusahaan dengan memenuhi permintaan konsumen secara cepat, ujarnya.
“Tren digitalisasi rantai pasokan menjadi semakin umum di seluruh dunia, karena teknologi terbukti meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mengontrol dan mengamati proses di setiap tahapan rantai pasokan,” kata Jensen dalam siaran persnya, Jumat (14/6). ). /14″ 2024).
“Secara khusus, teknologi berupa solusi SCM berbasis cloud meningkatkan otomatisasi, efisiensi, dan visibilitas rantai pasokan sehingga perusahaan dapat dengan cepat merespons fluktuasi permintaan pasar,” lanjutnya.
Perusahaan yang menjalani transformasi digital nampaknya mampu mengatasi tantangan bersama, antara lain mengatur ulang pasokan dari pemasok saat harga bahan baku naik dan mengelola inventaris saat terjadi gangguan pasokan.
Perusahaan yang menggunakan solusi SCM berbasis cloud untuk mengelola rantai pasokannya mengalami pertumbuhan pendapatan 45% lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan teknologi tersebut.
“Terbukti penggunaan solusi SCM berbasis cloud memberikan hasil positif yang tercermin pada peningkatan pendapatan bisnis,” kata Jensen.
Saat ini, sebagian besar perusahaan sedang dalam proses mengadopsi teknologi untuk mengotomatisasi proses-proses utama dalam rantai pasokan mereka.
Hanya 6% perusahaan yang telah beralih ke tahap adopsi teknologi berikutnya, dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola rantai pasokan.
“Namun 43% di antaranya berencana mengadopsi teknologi tersebut dalam 2-3 tahun ke depan. Artinya potensi transformasi digital baik pada fase otomasi maupun fase implementasi AI masih sangat luas,” ujarnya. . dikatakan