TRIBUNNEWS.
Pertanyaan tersebut datang dari Sarah Netanyahu, istri Perdana Menteri Israel, yang khawatir roket Hizbullah akan menyerang Netanyahu.
“Pesawat Zion Wing yang membawa Netanyahu meminta untuk dikawal oleh dua jet tempur selama perjalanan ke AS dan Israel karena kekhawatiran akan rudal Hizbullah,” lapor Walla Kamis (31/10/2024).
Setelah berpidato di markas besar PBB, Netanyahu kembali ke Israel pada 27 September 2024, hari dimana Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dibunuh di luar Beirut, Lebanon.
“Sara Netanyahu ditolak setelah menjajaki kemungkinan tersebut dengan Komandan Angkatan Udara Israel Tomer Bar, sekretaris militer Netanyahu saat itu,” kata sumber Valla.
Setelah pembunuhan Hassan Nasrallah, Perdana Menteri Israel mengatakan ada kekhawatiran nyata mengenai reaksi dari Iran atau Hizbullah.
Menurut Walla, Angkatan Udara Israel telah menerima permintaan baru untuk mengawal pesawat Netanyahu dengan jet tempur.
“Permintaan itu kemudian disetujui, dan pesawat dikirim untuk mengawal Zion Wing (yang dibawa oleh Netanyahu) setelah mendarat,” kata Valla.
Menurut sumber tersebut, Kantor Perdana Menteri Israel telah mengajukan permintaan tambahan untuk mendapatkan foto udara dari Sayap Zion di samping jet tempur untuk menunjukkan pengawalnya.
“Angkatan Udara menolak dan menyuruh jet tempur tersebut terbang di belakang Zion Wing agar tidak terlihat di foto,” kata sumber tersebut.
Karena tidak adanya foto, Kantor Perdana Menteri Israel memberi tahu delegasi pers tentang pengawalan F-35 yang tidak biasa karena ancaman rudal, dan berita tentang pengawalan tersebut menyusul kembalinya Netanyahu ke Israel. Kantor Netanyahu membantah insiden tersebut
Kantor Perdana Menteri Israel (PMO) membantah laporan bahwa Sarah Netanyahu meminta dua jet tempur F-35 Israel dikawal dalam perjalanan ke Amerika Serikat karena takut akan serangan Hizbullah.
“Ini adalah berita palsu dan serangan tidak berdasar dan tidak terkendali terhadap istri Perdana Menteri,” kata kantor tersebut pada Kamis (31/10/2024).
Walla mengutip sumber anonim bahwa permintaan pengawalan dari kantor perdana menteri dilakukan beberapa hari sebelum pesawat meninggalkan Israel, katanya.
Sebelumnya, sumber Walla mengatakan permintaan pertama ditolak oleh Angkatan Udara Israel dan isu tersebut kembali mengemuka setelah meninggalnya Hassan Nasrallah. Jumlah korban di Jalur Gaza
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas di Palestina meningkat menjadi 43.163 orang, dengan 101.510 orang terluka antara Sabtu (10/7/2023) hingga Kamis (31/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel. Oleh Al Mayadeen.
Sebelumnya Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza, gerakan perlawanan Palestina Hamas pada Sabtu (10/7/2023) melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Palestina sejak berdirinya Israel. Pada tahun 1948.
Menurut Israel, pada akhir November 2023, Hamas menahan 101 orang baik hidup maupun mati di Jalur Gaza setelah menukar 105 orang dengan 240 tahanan Palestina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel