Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan konferensi pers pada Senin (2 September) dan meminta maaf kepada keluarga para sandera karena gagal membawa mereka pulang.
Sabtu malam (31/08), tentara Israel menemukan mayat enam sandera Hamas di sebuah terowongan di Jalur Gaza. Kematian tersebut memicu protes luas.
“Saya meminta maaf kepada keluarga para korban karena tidak dapat membawa mereka pulang,” kata Netanyahu. “Kami hampir bisa melakukannya, tapi kami tidak bisa melakukannya.”
Namun terkait perundingan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera, Netanyahu menegaskan Israel tidak akan meninggalkan apa yang disebut Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.
Koridor Philadelphia dianggap sebagai salah satu hambatan terbesar dalam mencapai kesepakatan pembebasan sandera.
“Koridor ini sangat penting bagi masa depan kita dan saya tidak akan menyerah pada tekanan ini,” kata Netanyahu.
Datang dan daftar untuk buletin Wednesday Bite gratis. Isi ulang ilmumu di tengah minggu agar topik pembicaraan semakin seru!
Pasukan Israel sedang beroperasi di Rafah, yang merupakan bagian dari koridor ketika mayat-mayat itu ditemukan. Pembunuhan enam sandera terjadi bukan karena keputusan Philadelphia, tapi karena Hamas sendiri, jelas Netanyahu.
“Manajemen Koridor Philadelphia memastikan sandera tidak diselundupkan keluar Gaza,” tambahnya. Pemakaman sandera Israel-Israel diadakan di Yerusalem
Ribuan orang berkumpul pada Senin (2 September) untuk menguburkan Hersh Goldberg-Polin di Pemakaman Givat Shaul di Yerusalem. Pria keturunan Israel-Amerika berusia 23 tahun itu adalah satu dari enam sandera yang tewas saat ditahan di Gaza selama akhir pekan.
Di satu persimpangan, puluhan warga berjajar di jalan sambil mengibarkan bendera Israel saat keluarga-keluarga berjalan menuju pemakaman.
Laporan di Israel menyebutkan para sandera dibunuh beberapa hari sebelum ditemukan oleh militer Israel pada Sabtu (31/8).
Pada beberapa pemakaman yang membawa bendera Hapoel Yerusalem, tim sepak bola favorit Hersh dan beberapa temannya dari brigade Malcha, kelompok ekstremis Hapoel, datang ke pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir.
Goldberg-Polin diculik pada 7 Oktober saat menghadiri festival musik Nova di Israel selatan. Dia adalah salah satu dari 250 sandera yang ditangkap oleh militan Hamas. Sekitar 100 sandera masih berada di Jalur Gaza, sepertiga dari mereka diyakini tewas.
Anggota keluarga Hapoel Noam Marhum mengatakan kepada DW bahwa dia datang ke Yerusalem dari Tel Aviv untuk menghadiri pemakaman.
“Itu bukan akhir yang pantas baginya,” kata Almarhum. Dia masih muda dan pantas berumur panjang.
“Saya marah pada Hamas, marah pada pemerintah kami,” tambahnya.
“Setelah 11 bulan, saya rasa tidak ada solusi lain. Kita harus menghidupkan kembali mereka, dan saya berharap tekanan yang bisa kita terapkan sekarang akan membawa sandera yang masih hidup ke rumah mereka. Itu karena ini tidak tepat. Katanya almarhum.
“Kami pikir kami punya kesempatan untuk menyelamatkannya dan itu menghancurkan hati kami. Dia adalah bagian besar dari kami.”
Kegagalan pemerintah untuk merehabilitasi para tahanan dalam perjanjian gencatan senjata yang mencakup para sandera yang tersisa telah menyebabkan protes massal di Israel dan pemogokan umum.
“Hari ini juga mencakup pemakaman, meskipun bagi kebanyakan orang di sini hari berkabung, bukan hari politik,” kata Tania Kraemer, koresponden DW di Yerusalem. WHO: Kampanye polio di Gaza adalah ‘tugas yang mengerikan’
Sementara itu, misi untuk memberikan vaksin kepada polisi kepada sekitar 640.000 anak di Jalur Gaza yang hancur adalah “tugas yang mengerikan,” kata perwakilan WHO Richard Peeperkorn kepada DW Senin (02/09).
Peeperkorn mengatakan 90% anak-anak di Jalur Gaza harus dilindungi melalui kampanye untuk menghentikan epidemi di Gaza dan mencegah penyebarannya ke luar.
“Kami membagi Gaza menjadi tiga wilayah, jadi kita bicara wilayah tengah, sekarang kita bicara target populasi 156.000 anak, lalu selatan dengan target populasi 340.000 dan kemudian utara dengan masing-masing wilayah 150.000. Kami mempunyai waktu tiga hari untuk melakukan vaksinasi dan bila perlu ditambah satu hari lagi
Peeperkorn menegaskan, para orang tua di Gaza senang jika anaknya mendapatkan vaksinasi.
“Tingkat vaksinasi di Gaza dan Tepi Barat selalu tinggi. Dan sebelum krisis, program imunisasi rutin di Gaza mencapai 90 hingga 95%, bahkan lebih tinggi dibandingkan di beberapa negara.” , negara-negara berpendapatan tinggi, jadi ada yang mendapat penghasilan besar.”
Dia mengatakan pihak-pihak yang berkonflik harus mematuhi kesepakatan untuk berhenti berkelahi ketika petugas kesehatan melakukan vaksinasi terhadap anak-anak.
“Kita punya waktu 10 hari lagi. Dan sangat penting bagi semua pihak untuk mematuhi penangguhan kemanusiaan yang disepakati ini.”
Rs / ha / yf (AP, AFP, dpa, Reuters)