Sandera Asal Inggris Tewas di Tengah Gempuran Israel di Kota Rafah, IDF Diam Seribu Kata

TRIBUNNEWS.COM – Nadav Popplewell, seorang tahanan, tewas dalam serangan Israel di kota Rafah, selatan Gaza.

Pada tanggal 7 Oktober, Nadav Popwell diculik oleh Hamas saat menyerang Kibbutz Nirim di Israel selatan.

Hamas mengatakan Nadav Poppell, yang merupakan keturunan Inggris-Israel, meninggal di sebuah rumah sakit di Gaza setelah gagal menerima resusitasi.

“Dia meninggal karena tidak menerima resusitasi di fasilitas medis akibat penghancuran rumah sakit di Gaza oleh Israel,” kata Abu Ubaidah, juru bicara sayap bersenjata Hamas, menurut New Arab News.

Saat berita kematian Poppel tersebar, tentara Israel bungkam.

Sebaliknya, Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru untuk beberapa distrik Rafah di Gaza selatan ketika tentara melanjutkan serangannya di kota tersebut.

Menurut Times of Israel, Hamas merilis video baru pada hari Sabtu yang menunjukkan seorang tahanan Israel di Jalur Gaza.

Dalam klip berdurasi 10 detik itu, narapidana tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai Nadav Popplewell.

Belum ada informasi kapan video itu direkam.

Popwell disandera bersama ibunya yang berusia 79 tahun, Channa Peri, dari Kibbutz Nirim dalam serangan 7 Oktober.

Sementara kakak laki-lakinya, Roy Popplewell (54), menembak dan membunuhnya di belakang rumah Hamas.

Channa Peri dibebaskan pada 24 November sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata sementara selama seminggu.

Video Popwell adalah klip ketiga yang dirilis Hamas dalam beberapa pekan terakhir.

Pada tanggal 24 April, Hamas merilis video berdurasi hampir tiga menit yang menampilkan tahanan Israel-Amerika berusia 23 tahun, Gersh Goldberg-Paulin.

Video berdurasi tiga menit lainnya pada 28 April memperlihatkan narapidana Keith Siegel (64) dan Omri Miran (46). Serangan Israel sedang meningkat

Dalam 24 jam terakhir, tentara Israel telah menekan tiga front di Jalur Gaza.

Menurut Al Jazeera, Israel meningkatkan tekanan terhadap Rafah di bagian tengah dan utara wilayah tersebut.

Tentara Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga kamp pengungsi Yabalia dan pusat Rafah. Israel meledak pada 11 Februari 2024 setelah mengebom Rafah di Gaza selatan. (AFP/Al Mayadeen)

Israel mulai menyerang kamp Yabalia baru-baru ini.

Mereka mengatakan mereka berusaha untuk memindahkan semua batalyon Hamas dari Jalur Gaza utara, meskipun ada klaim bahwa mereka telah mengambil kendali militer.

Menyusul pengumuman tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali menyerukan diakhirinya perang di Gaza.

Guterres juga menyerukan pemulangan tahanan dan “peningkatan” bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang terkepung.

“Penembakan itu hanyalah permulaan,” katanya.

“Ini akan menjadi perjalanan panjang dari kehancuran dan trauma perang,” ujarnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *