TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengirimkan ucapan selamat Natal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kim mengirimkan kata-kata ini melalui surat dan menyebut Putin sebagai ‘teman baiknya’.
Menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dibagikan oleh Al Jazeera, “Dalam pesan Tahun Barunya, Kim berbicara kepada teman baiknya dan sahabatnya Putin, rakyat Rusia, dan militer Rusia.”
Tak hanya mengirimkan kartu ucapan, Kim juga mendoakan agar Putin sukses memimpin negaranya dan bekerja demi kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat Rusia.
Kim bahkan menyatakan siap menciptakan dan menciptakan lapangan kerja baru bagi kedua negara.
Dalam pidatonya yang menuduh perang di Ukraina, Kim Jong Un mengatakan bahwa dia berharap tahun 2025 akan menjadi tahun “ketika tentara dan rakyat Rusia mengalahkan neo-Nazisme dan meraih kemenangan besar.” Persahabatan antara Rusia dan Korea Utara
Hubungan persahabatan antara Rusia dan Korea Utara menjadi publik ketika Presiden Korea Utara Kim Jong Un menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan Rusia.
Sejak keduanya sepakat untuk bekerja sama, Kim menjadi lebih vokal dalam memuji hubungannya dengan Rusia, dan menggambarkan perjanjian militer tersebut sebagai semacam “ikatan.”
Korea Utara dan Rusia telah berjanji untuk segera memberikan bantuan militer jika negara ketiga menyerang salah satu negara tersebut, berdasarkan perjanjian kerja sama baru yang ditandatangani pada pertemuan puncak antara pemimpin kedua negara minggu ini.
Kim Jong-un juga secara terbuka menyatakan dukungan dan kerja samanya dengan pemerintah, militer, dan rakyat Rusia. Korea Utara mengirimkan pasukannya untuk membantu
Baru-baru ini, Korea Utara mengirimkan 10.000 tentara ke medan perang untuk mendukung kemenangan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Disebut-sebut tak hanya tentara yang berperang, Korea Utara juga mengirimkan beberapa komandan ke medan perang untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina.
Opini publik menuduh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menjual militernya untuk perang agresi ilegal.
Karena kehadiran tentara Korea Utara dianggap sebagai martir perang bagi Rusia melawan serangan Ukraina.
Namun, dalam penghinaan buruk ini, tentara Korea Utara tidak bersedih, mereka justru bangga karena berkesempatan melihat dan menguji berbagai senjata tentara Rusia.
Tak berhenti sampai disitu, para tentara Korea Utara pun mengaku, ketika datang ke Rusia, mereka diperlakukan seperti keluarga.
Lee Woong-gil mengatakan kepada APNews, “Mereka akan dipilih di antara banyak tentara Korea Utara karena mereka yang akan pergi ke Rusia, mereka melihatnya sebagai suatu kehormatan.”
Para prajurit sebenarnya melihat pekerjaan khusus ini sebagai bagian dari petualangan langka yang bisa menghasilkan banyak uang bagi mereka.
Pasalnya, pemerintah Rusia diketahui menjanjikan uang sebesar 2.000 dolar AS per bulan atau sekitar Rp 31 juta bagi tentara Korea Utara yang ingin ditugaskan di Kursk.
(Tribunnews.com/Namira Yunia)