Rusia Lakukan Serangan Kejutan, Ribuan Warga Ukraina Kocar-kacir Kabur dari Kharkiv

Laporan Jurnalis Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, KHARKIV – Sebanyak 1.775 warga Ukraina dilaporkan telah melarikan diri dan dievakuasi dari wilayah Kharkiv (Rusia menyebutnya Kharkov), sehari setelah Rusia melancarkan dua serangan mendadak yang menargetkan kota perbatasan Vovchansk dan benteng Kharkiv di Ukraina pada Sabtu ( 11/5/2024).

Menurut sumber militer Ukraina, serangan tersebut dilakukan Rusia dengan menggunakan bom udara artileri berpemandu jenis FAB-1500, dengan tujuan untuk memudahkan pasukan Vladimir Putin memasuki wilayah Ukraina hingga jarak 10 km dan membuat penyangga. daerah. di perbatasan untuk melindungi wilayah Rusia dari dampak perang.

Selain itu, penyerangan tersebut juga dimaksudkan agar otoritas Rusia dapat dengan bebas merebut desa Borysivka, Ohirtseve, Pylna, dan Strilecha, yang semuanya terletak di zona abu-abu yang disengketakan oleh militer di perbatasan wilayah Kharkiv di Ukraina. dan Rusia.

Inilah alasan mengapa ribuan warga sipil Ukraina berlomba melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan udara dan roket Rusia.

“Warga desa perbatasan disuruh mengungsi oleh pihak berwenang. Dengan menggunakan kendaraan polisi, warga sipil Ukraina dibawa ke lokasi yang lebih aman,” jelas sumber militer di Ukraina yang dikutip CNN International.

Wartawan Associated Press yang merupakan bagian dari tim evakuasi melaporkan bahwa jalan-jalan di desa Kharkiv kosong dengan beberapa bangunan hancur dan lainnya terbakar dengan bau mesiu yang khas di udara. Zelensky menyebut situasi di Ukraina tegang

Menanggapi serangan yang dilakukan militer Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya mengatakan, situasi pertempuran yang terjadi kini di tujuh desa di perbatasan wilayah Kharkiv sangat mencekam.

Untuk menahan serangan lanjutan dari Rusia, Kementerian Pertahanan Ukraina mengklaim telah meningkatkan unit cadangan yang dikerahkan untuk memperkuat pertahanan wilayah tersebut.

Bahkan baru-baru ini, pihak berwenang Ukraina mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) baru yang memperbolehkan narapidana berpartisipasi sebagai tentara dalam pertempuran.

Melalui undang-undang ini, narapidana bisa dibebaskan dari penjara asalkan bersedia ikut serta dalam bela negara sebagai tentara. Namun, hanya tahanan kategori tertentu yang diizinkan masuk militer dan berperang di medan perang.

Tak berhenti sampai disitu, Presiden Zelensky juga meminta sekutu Barat segera mengirimkan bantuan militer yang dijanjikan ke garis pertempuran. Zelensky mengajukan permintaan tersebut di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pasukan Kremlin akan memanfaatkan kekurangan amunisi dan personel Ukraina untuk memperluas serangan.

“Penting bagi mitra untuk mendukung Ukraina dengan pengiriman tepat waktu. Paket yang akan sangat membantu adalah pengiriman senjata ke Ukraina, bukan hanya pengumuman paketnya,” kata Zelenskyy kepada X.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *