TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mengomentari serangan udara Israel di Beirut, ibu kota Lebanon pada Selasa (30/7/2024).
Harris, yang kini menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, mengatakan Israel mempunyai hak untuk membela diri.
“Saya sangat mendukung hak Israel untuk merasa aman dan menjaga keamanan Israel,” kata Harras saat melakukan perjalanan ke Georgia, seperti dikutip Al Jazeera.
“Apa yang kami tahu pada dasarnya adalah bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri,” katanya.
Namun Harris mengatakan Amerika Serikat masih berupaya mencari solusi diplomatik untuk mengakhiri konflik Israel-Hizbullah. Pertemuan Netanyahu dan Kamala Harris pada Kamis, 25 Juli 2024 (X/PM Israel)
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, tiga orang tewas akibat serangan Israel. Dua di antaranya adalah anak-anak.
Sementara jumlah korban luka mencapai 74 orang.
Korban tewas (belum dihitung) akibat serangan Israel di pinggiran selatan Beirut ada tiga orang, yakni perempuan, perempuan, dan laki-laki.
Kementerian mengatakan pencarian masih dilakukan di bawah reruntuhan bangunan untuk mencari keberadaan korban lainnya. Sejumlah kritik
Rentetan kritik tersebut bermula dari serangan Israel ke Lebanon.
Perdana Menteri Lebanon Najid Mikati mengutuk serangan tersebut.
“Kami mengutuk agresi terang-terangan Israel di tepi selatan Beirut,” kata kantor Mikati dalam sebuah pernyataan.
Mikati menyebut serangan Israel sebagai tindakan kriminal.
“Serangkaian operasi agresif yang menewaskan warga sipil dan jelas-jelas melanggar hukum internasional.”
Hamas juga mengutuk serangan Israel, yang dianggapnya sebagai “eskalasi berbahaya”.
Seperti Hamas, kelompok Houthi di Yaman mengutuk serangan itu dan mengatakan serangan itu melanggar kedaulatan Lebanon.
Sementara itu, Iran menggambarkan serangan Israel sebagai tindakan biadab.
Menteri Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengatakan dalam pernyataannya bahwa serangan Israel tidak dapat menghentikan Hizbullah.
“Sama sekali tidak ada yang bisa menghentikan perjuangan Lebanon untuk mendukung rakyat Palestina yang tertindas dan mempertahankan jalur yang bermartabat melawan agresi rezim apartheid Israel,” kata Kanani. Warga sipil Lebanon berjalan melewati reruntuhan bangunan pasca Israel menyerang ibu kota Lebanon, Beirut, Selasa (30/07/2024). (STR/AFP)
Rusia juga mengutuk serangan tersebut dan menuduh Israel melanggar hukum internasional setelah menyerang Beirut.
– Ini merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional, kata Kementerian Luar Negeri Rusia. Targetkan komandan senior Hizbullah
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), serangan itu ditujukan kepada seorang komandan senior kelompok Hizbullah.
Al Jazeera melaporkan ledakan keras terdengar di pinggiran selatan Beirut, diikuti kepulan asap.
Sementara itu, media nasional Lebanon menelepon Kantor Berita Nasional dan menyebutkan serangan Israel menyasar kawasan sekitar Dewan Syura Hizbullah di Haret Hreek. Setidaknya satu orang dilaporkan meninggal.
Militer Israel mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap serangan roket terhadap Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan Israel.
Menurut Israel, serangan itu dilakukan oleh Hizbullah. Namun kelompok Lebanon membantah berada di balik serangan tersebut.
“Serangan di Beirut menargetkan komandan yang bertanggung jawab atas kematian anak-anak di Majdal Shams dan pembunuhan banyak warga sipil Israel lainnya,” kata militer Israel.
Beirut telah bersiap menghadapi serangan Israel sejak negara Zionis mengancam akan menyerang.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan mengalahkan Hizbullah.
Di sisi lain, seorang pejabat senior Hizbullah menyatakan bahwa Israel akan membalas setiap tindakan agresi di Lebanon.
Jurnalis Al Jazeera Zeena Khodar mengatakan komandan yang menjadi sasaran Israel adalah Muhsin Shukr.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengklaim bahwa Shukr selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
– Lebanon siap menghadapi serangan Israel, tetapi hari ini seorang pejabat senior Hizbullah mengatakan bahwa Hizbullah akan membalas setiap serangan Israel, kata Khodr.
(Berita Tribune/Februari)