TRIBUNNEWS.COM – Rusia dan China sedang mempertimbangkan untuk menempatkan pembangkit listrik tenaga nuklir di bulan.
Kepala Roscosmos, Yuri Borisov, mengatakan bahwa aliansi antara Moskow dan Beijing dapat meluncurkan sistem energi di Bulan.
Pejabat Rusia dan Tiongkok “secara serius mempertimbangkan” proyek bersama untuk membuat pembangkit listrik tenaga nuklir di bulan dalam waktu sekitar sepuluh tahun untuk menghasilkan listrik bagi penduduk bulan, kata direktur Roscosmos Yuri Borisov.
Yuri Borisov, wakil perdana menteri yang ditunjuk untuk mengepalai badan antariksa Rusia pada tahun 2022, mengatakan pada hari Selasa bahwa teknologi yang diperlukan untuk meluncurkan senjata nuklir ke bulan hampir selesai.
“Hari ini kami secara serius mempertimbangkan sebuah proyek – pada periode 2033-2035 – untuk membuat dan memasang medan listrik di permukaan Bulan bersama dengan mitra kami di Tiongkok,” katanya di Festival Pemuda Dunia dekat Sochi.
Tenaga nuklir bisa menjadi jawaban untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk tetap berada di bulan secara permanen, kata Borisov.
Menurutnya, panel surya tidak akan mampu menghasilkan listrik dalam jumlah yang cukup. Robot akan digunakan untuk memasang reaktor.
“Ini adalah masalah besar,” kata kepala Roscosmos. “Ini perlu dilakukan secara kacau, tanpa kehadiran manusia.”
Borisov menambahkan, satu-satunya masalah teknis adalah penyelesaian masalah pendinginan reaktor.
“Kami sedang mengerjakan pesawat ulang-alik,” majalah Russia Today mengutip ucapannya.
“Reaktor-reaktor besar ini – berkat reaktor nuklir dan turbin berkecepatan tinggi – mampu memindahkan sejumlah besar uang dari satu wilayah ke wilayah lain dan banyak tempat lainnya.”
Perundingan pendaratan di bulan terjadi di tengah apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai persaingan modern antara Amerika Serikat dan sekutunya, di satu sisi, dan Rusia serta Tiongkok, di sisi lain.
Kepala Komando Luar Angkasa AS, Jenderal Stephen Whiting, mengatakan bahwa Tiongkok sedang mengembangkan kemampuan militer berbasis ruang angkasanya “dengan pesat.”
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Tiongkok telah memperingatkan bahwa Washington memimpin upaya berbahaya untuk mengembangkan senjata militer.
Ketua Komite Intelijen DPR AS Mike Turner bulan lalu menuduh Rusia berusaha meluncurkan rudal ke luar angkasa (mungkin dengan senjata nuklir) untuk meningkatkan kemampuan anti-Setan.
Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapinya dengan mengatakan bahwa Washington menggunakan propaganda untuk mendapatkan kesempatan mengurangi persenjataannya.
Yuri Borisov menegaskan, Rusia tidak berencana meluncurkan senjata nuklir ke luar angkasa.