Rupiah Sentuh Rp 16.000, Berikut Prediksi Analis hingga Pertengahan Tahun

TribuneNews.com, Jakarta – Risiko rupiah akibat eksodus haji Mata uang Garuda diperkirakan akan tertekan seiring puncak ibadah haji dalam beberapa bulan mendatang.

Bahana Securitas memperkirakan potensi keluarnya dana asing jemaah Indonesia mencapai US$ 1,4 miliar atau sekitar 22,39 triliun (US$ 1 = Rp 15.990).

Jumlah tersebut dihitung dengan menghitung rata-rata pengeluaran setiap jamaah sekitar Rp 93 juta atau sekitar 5.831 dollar AS. Tahun ini, sebanyak 241.000 jemaah asal Indonesia datang ke Arab Saudi.

Ekonom Bahana Securitas, Satria Sambizantoro mengatakan, sebagian besar likuiditas terserap untuk biaya haji. Situasi ini dapat memberikan tekanan sepihak terhadap cadangan devisa (Kdev) dan rupee.

“Musim haji biasanya bertepatan dengan likuiditas dolar. Hal ini dapat menimbulkan tekanan sepihak terhadap cadangan devisa dan pada akhirnya terhadap rupiah,” kata Satria Sambijantoro dalam catatannya.

Oleh karena itu, rupiah kemungkinan akan melemah hingga Rp 16.150 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir Juni, berdasarkan perkiraan rata-rata survei Bloomberg. Rupee, mata uang dengan kinerja terbaik di Asia bulan ini, diperkirakan akan melemah bulan depan.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan cadangan devisa saat ini berada pada posisi defensif meski didukung revisi Peraturan Pemerintah (PP) tentang Penerimaan Devisa Ekspor (DHE). Kuartal pertama tahun 2024 menunjukkan defisit riil sebesar $2,2 miliar pada neraca transaksi berjalan.

“Cadangan devisa juga mengalami penurunan yang signifikan akibat intervensi Bank Indonesia. Jadi wajar jika biaya haji ini pasti dibebani dalam rupee, tambah Luqman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/5).

Lebih lanjut, Luqman melihat prospek penurunan suku bunga The Fed yang semakin surut akan memberikan tekanan pada rupee setidaknya hingga satu bulan ke depan. Menurut dia, rupee yang ideal adalah di atas Rp16.000 – Rp16.500 per dolar AS, namun tergantung kebijakan intervensi BI.

Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, neraca transaksi berjalan membaik dalam 2 tahun terakhir karena meningkatnya impor neraca jasa perjalanan pada musim haji. Oleh karena itu, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan permintaan valuta asing (Valas).

Namun berdasarkan sejarah, tarif haji telah dibayar oleh agen perjalanan haji yang ditunjuk BPKH sebelum keberangkatan penumpang haji. Apalagi jika dilihat dari pola musimannya, terlihat kecenderungan penguatan dolar AS terjadi pada 1 bulan menjelang puncak musim haji.

“Dari efek musiman, kenaikan permintaan dolar AS pada bulan Juni bisa dikatakan terkait dengan permintaan valuta asing akibat musim haji kemungkinan akan lebih terbatas,” kata Joshua kepada Kontan.co . . Id, Senin (27/5).

Menurut Joshua, pergerakan rupiah pada bulan depan masih akan dipengaruhi oleh sentimen global, apalagi dengan perkiraan jelang rapat FOMC pertengahan tahun 2024, rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran Rp15.950 – Rp. 16.200 mulai Juni 2024. (Wilayah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *