Rupiah Mulai Menguat, Anggota DPR: Biaya Produksi Bisa Turun

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar Rupiah terhadap USD berakhir menguat pada Selasa (25 Juni 2024) didukung ekspektasi pasar terhadap inflasi belanja swasta (PCE) Amerika Serikat (AS).

Hingga penutupan Selasa, rupiah menguat 19 poin (0,12%) menjadi Rp16.375 terhadap dolar.

Meski rupiah menguat, pemerintah mengingatkan bahwa penguatan rupiah masih bersifat sementara dan bersifat hati-hati.

“Konfirmasinya masih bersifat sementara dan ke depan segala sesuatu bisa saja terjadi. Volatilitas masih akan terus mewarnai pasar internasional dan dalam negeri,” kata Anggota Komite 1I DPR Kamru Samad, Selasa (Juni 2024). bulan Mei.

Menurut Kamrusamad, guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan, panitia akan melakukannya

“Ini termasuk keberhasilan perpaduan kekuatan politik dan keuangan,” katanya.

Diketahui, sejak Senin (24/6/2024), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami kenaikan. Senin lalu, rupiah menguat 56 poin (0,34%) terhadap dolar AS menjadi $16,394.

Kamrusamad mengatakan menguatnya rupiah berdampak pada penurunan biaya produksi.

“Ini akan menurunkan biaya produksi industri yang menggunakan suku cadang penting impor. Sebaliknya, melemahnya rupiah akan meningkatkan biaya produksi industri yang menggunakan suku cadang impor,” ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah perlu membuat peta jalan agar produk industri bisa menunggu lama. “Kita perlu membuat roadmap produk industri lokal untuk diekspor melalui 2C (kualitas, kontinuitas dan konsistensi) pada kuartal pertama,” kata Kamrusamad.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *