Berita di Tribunnews.com. Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 0,28 persen ke Rp 16.255 di pasaran pada Senin (29/4/2024).
Dolar menguat menjadi 2.904,24, menjadikan rupee sebagai yang terlemah di Asia.
Mata uang Thailand unggul satu tingkat dari rupiah setelah melemah 0,2 persen, Korea Selatan menguat 0,19 persen, rupee India minus 0,11 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,09 persen.
Begitu pula dengan Peso Filipina yang terkoreksi 0,02% dan Yuan Tiongkok melemah 0,003%.
Yen Jepang menjadi mata uang yang paling didukung di Asia dengan penguatan 1,73 persen, dolar Singapura menguat 0,21 persen, dolar Taiwan menguat 0,03 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,02 persen.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Aswaibi mengatakan pasar hijau mempertahankan kinerja yang baik pada bulan April setelah sebagian besar pedagang mengabaikan sebagian besar ekspektasi penurunan suku bunga The Fed lebih awal.
Perkiraan tersebut muncul pada hari Jumat setelah data suku bunga PCE menunjukkan ekspektasi The Fed terhadap kebijakan moneter lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Maret. , mengingat “inflasi AS sedang ketat akhir-akhir ini,” kata Ibrahim.
Prospek kenaikan suku bunga dalam jangka panjang merugikan pasar Asia, sebuah sentimen yang membuat sebagian besar mata uang di kawasan ini berada dalam kendali ketat pada hari Senin.
Para pedagang juga menyatakan kekecewaannya karena BOJ mempertahankan kebijakannya tidak berubah pada minggu lalu, dan hanya memberikan sedikit panduan mengenai pembelian obligasi pemerintah Jepang (JGB) yang diperkirakan akan terjadi oleh beberapa pedagang. Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan bahwa kebijakan moneter tidak secara langsung mempengaruhi nilai mata uang, meskipun fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi bisnis besar.
Sebelumnya, data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6 persen pada Januari-Maret, lebih lambat dari perkiraan sebesar 2,4 persen.
Namun, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa inflasi, yang diukur dengan indeks konsumsi pribadi, naik 3,7 persen pada kuartal pertama, mengalahkan perkiraan kenaikan sebesar 3,4 persen.