TRIBUNNEWS.COM – Beragam hasil kerajinan tangan seperti tas, baju batik, ukiran kayu, hingga meja kopi kayu dan resin menyambut setiap orang yang datang ke Rumah BUMN Solo.
Tak lupa pula ragam aksesoris batik, aksesoris kayu, dan aksesoris bekas menjadi barang cantik menghiasi showroom.
Di sisi lain terpampang rapi deretan baju, kemeja, blus, dan jaket bernuansa batik.
Ratusan kerajinan yang dipamerkan tersebut hanyalah sebagian dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Rumah BUMN Solo.
“Kami menampilkan produk-produk dari 50 UMKM terpilih yang bekerja sama dengan Rumah BUMN Solo,” kata Koordinator Rumah BUMN Solo Wachid Sedio Prakoso saat berbincang dengan Tribunnews.com pada Senin, 29 April 2024.
Rumah BUMN Solo menjadi wadah bertemunya perusahaan UMKM Solo Raya untuk belajar bersama.
“Rumah BUMN hadir untuk meningkatkan kualitas UMKM, menghimpun, belajar dan mengembangkan anggotanya menjadi UMKM Indonesia yang berkualitas,” kata Wacid.
Rumah BUMN juga mendampingi dan mendorong perusahaan UMKM untuk aktif dalam meningkatkan kapasitas, akses pemasaran, dan pembukaan akses permodalan.
“Kami bekerja di Solo sejak tahun 2016, dulu bernama Rumah Kreatif BUMN, kemudian pada tahun 2020 menjadi Rumah BUMN Solo di bawah kepemimpinan BRI Solo Slamet Riadi,” kata Wahid.
Setidaknya 74.000 UMKM asal Solo Raya belajar bersama di Rumah BUMN Solo.
“Kami fokus pada pembelajaran digital, baik branding, pengemasan, dan pemasaran di berbagai negara,” jelasnya.
UMKM dapat mengikuti pelatihan rutin bulanan secara gratis dengan berbagai materi menarik.
“Kami akhirnya bertemu dengan Pak Eko Alif Mulianto, pemilik sangkar burung bekas yang sudah berpengalaman ekspor,” ujarnya.
Rumah BUMN memiliki kurikulum UMKM Raya Solo yaitu: UMKM go online, go digital, go modern dan go global.
Diakuinya, dari puluhan ribu perusahaan UMKM yang ada di Rumah BUMN Solo, ribuan perusahaan sudah go digital (online) dan ratusan perusahaan sudah masuk ke pasar ekspor.
Misalnya saja sangkar burung UMKM Eank Solo milik Eco Alif Mulianto.
Berbahan dasar Perlon bekas, sangkar burung ini dijual di Malaysia, Singapura, dan Taiwan.
Contoh lainnya adalah perusahaan Bien Craft yang berhasil mengekspor ke Belanda dengan produk berbahan limbah kayu jati.
“Kami berharap semakin banyak UMKM yang berani ekspor sehingga bisa berjualan tanpa batasan ke negara manapun,” ujarnya.
Rumah BUMN juga bermitra dengan perguruan tinggi negeri di Solo untuk memberikan desain logo bisnis gratis bagi UMKM Solo Raya.
“Untuk pelatihan di tingkat nasional kita punya BRIncubator yang merupakan program dari BRI pusat, kita dorong UMKM lokal yang berpotensi untuk mengikuti pelatihan,” ujarnya.
Hal lain yang tak kalah penting bagi perkembangan perusahaan UMKM adalah akses permodalan.
“Sekarang kami di bawah pimpinan BRI Solo Slamet Riyadi, jika ada UMKM yang membutuhkan modal usaha tentu bisa dibantu melalui KUR,” jelas Wahid.
Rumah BUMN juga terbuka bagi mahasiswa dan masyarakat di Solo Raya untuk berkreasi atau sekedar nongkrong.
“Kami punya ruang kerja bersama yang bisa digunakan siapa saja, gratis kok,” ujarnya.
Kisah sukses perusahaan UMKM yang “lahir” dari Rumah BUMN
Salah satu UMKM yang dinilai sukses pasca pelatihan di Rumah BUMN Solo adalah Eko Alif Mulianto, pemilik sangkar burung Ferlon.
Ako menuturkan, banyak manfaat yang dirasakannya sejak bergabung dengan Rumah BUMN pada awal tahun 2017.
Sangkar burung yang dibuatnya awalnya hanya dijual di pasar atau melalui jaringan pertemanan, namun semua berubah ketika ia mengikuti pelatihan di Rumah BUMN Solo.
Rumah BUMN Solo memberinya ilmu pemasaran online, mulai dari penggunaan Facebook pribadi untuk menjual produk hingga pemasaran pasar hingga kini bisa mengekspor ke berbagai negara.
Eko merupakan kelompok pertama yang bergabung di Rumah BUMN Solo dan bisa menjadi teladan.
Pengetahuan dasar mengenai dunia digital, mulai dari teknologi hingga pemasaran, ia dapatkan dari Rumah BUMN Solo.
Ako juga pertama kali mengunggah video YouTube produknya dari komputer di Rumah BUMN Solo.
“Setelah itu mulai banyak pesanan yang datang dari luar,” kata Eko.
Kini usaha sangkar burung bernama Eank Solo ini telah merambah hingga ekspor ke beberapa negara di Asia dan Eropa.
Eko juga telah meraih beberapa penghargaan seperti Industry Innovation Award 2021 dan juara BRIncubator 2018.
BRI fokus bantu UMKM naik kelas Rumah BUMN Solo, Jawa Tengah (Tribunnews.com/ Whyu Gilang Putranto)
Kepala Cabang BRI Salmat Riyadi, Agung Ari Wibobo mengatakan BRI memiliki Rumah BUMN Solo yang berlokasi di Jalan Adi Sucipto No 1B Manahan Solo yang fokus membantu UMKM naik skala.
BRI memberikan edukasi dan pendampingan untuk meningkatkan kelas UMKM Solo Raya.
“Biasanya pertama-tama dibuat cluster agar transfer ilmunya nyaman, baru kita sambungkan juga ke ibu kota,” ujarnya.
BRI Cabang Slamet Riyadi Solo tidak hanya menciptakan klaster UMKM, namun juga menerapkan sistem close loop.
Dia mencontohkan bisnis Harijanto Solo Monster Pentol (Penmo) yang merupakan nasabah BRI.
Tak hanya memberikan kemudahan KUR atau permodalan, BRI juga turut menghubungkan Penmo dengan produsen daging yang menjadi bahan baku utama pentol batangan tersebut.
“Supplier dagingnya juga pelanggan kami, jadi mereka datang langsung dagingnya, jadi lebih murah,” ujarnya.
“Sistemnya tertutup, semuanya terintegrasi dalam satu sistem, lebih efisien jika menggabungkan bisnis antar pelanggan,” ujarnya.
Tujuan utamanya tentu saja untuk mensejahterakan masyarakat, sebagaimana makna slogan BRI bagi Indonesia.
Upaya lain untuk mengembangkan perusahaan UMKM adalah melalui sarana periklanan Lokaloca dan Pasar.Id.
Keduanya dirancang untuk membantu ekosistem digital UMKM.
Agung mengatakan hingga akhir tahun 2023, BRI Solo Slamet Riadi telah menyalurkan KUR senilai hampir satu triliun rupiah.
Sedangkan peredaran KUR BRI saat ini mencapai total sekitar Rp 1,545 triliun.(*)