Ridwan Hisjam: Kalau Takut Dipenjara Jangan Jadi Ketua Umum Golkar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Dewan Pakar Golkar, Ridwan Hisjam mengatakan, mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum membuat situasi kian kacau.

Ridwan justru mempertanyakan keputusan Airlangga yang baru diambil hari ini.

“Belum setahun yang lalu seharusnya ditarik. Jadi itu benar. Bagaimana sekarang? Kunci paradigma baru Golkar. Jangan setengah hati,” ujarnya saat podcast di kantor

“Jadi jika kamu seorang wanita, oh. Jangan berani-berani. Saya tidak perlu menjelaskan apa contohnya. Banyak contohnya,” ujarnya.

Menurut dia, hal itu dilakukan mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung meski sempat menjadi sandera dalam kasus gerbang Bulog.

Ridwan mengatakan Akbar Tandjung berani sampai akhir, berani ke pengadilan lalu ke Mahkamah Agung hingga dipenjara.

Hasilnya, Golkar meraih suara terbanyak pada Pemilu 2004.

“Kalau setengah jadi tidak apa-apa. Lingkari ini. Jadi, dia (Airlangga) harus makan sendiri. Dari proses independensi Partai Golkar. Paradigma baru Golkar gan. Ini bukan asal-asalan saja gan. Melalui proses meditasi ya sob. Jadi, jangan menjadi seorang wanita. “Lambang Golkar adalah kejujuran,” ujarnya.

“Kalau takut masuk penjara, jangan jadi Presiden Jenderal,” ujarnya.

Berikut wawancara Direktur Berita Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Ridwan Hisjam:

Pak Ridwan banyak bicara soal sosok Pak Airlangga Hartarto. Nilainya negatif. Kenapa begitu, Cak Ridwan?

Iya, tidak ada masalah dengan Cak Airlangga. Saya juga memanggilnya Airlangga karena dia lahir di Surabaya. Hanya ukurannya di Jawa Barat, di Jakarta.

Beda masalah pribadi Airlangga, tapi masalah kepemimpinan dalam mengusung Partai Golkar. Ya, karena saya tim Airlangga.

Pada Bali 2016, Airlangga hanya meraih 14 suara. Saya di Airlangga. Di sini, aku bersamanya.

Tapi setelah dia memimpin, saya sangat kecewa.

Ya, ada apa Pak Ridwan? Apakah kamu kecewa?

Keputusan pergantian Golkar era Orde Baru yang sangat bersejarah itu tidak ia terapkan di Partai Golkar. Dimana kita menciptakan paradigma baru.

Yang disebut paradigma baru Partai Golkar. Nah, itu diputuskan pada tahun 1999 era Presiden Jenderal Akbar Tanjung.

Saat itu saya menjabat Presiden di Jawa Timur. Kita berdarah di Jawa Timur. Lakukan perubahan itu. Golkar seharusnya ada di sana.

Ini sudah berakhir. Bendera ke Lawang, Surabaya. Anda tahu bagaimana kantor saya dibakar. 2001. Tentang Jalan Ahmad Yani.

22 kantor juga dibakar di Kabupaten Kota Jawa Timur dari 38. Jadi kita tidak bicara tentang kehidupan yang kita inginkan. Itu sebabnya saya melihat Golkar menyimpang dari Paradigma Baru Golkar. Saya berdiri di depan.

Pak Ridwan harus jelaskan dulu apa Paradigma Baru Golkar itu?

Jadi Paradigma Baru Golkar adalah setelah bertahun-tahun menjadi Sekretariat Bersama Golkar pada tahun 1964.

Pada tanggal 20 Oktober ketika didirikan.

Jaman siapa ini?

Ide Bungo Daging Golkar adalah ide Bung Karno. Didirikan oleh asisten Bung Karno. Namanya Mas Isman, Panglima TNI dan Pendiri Kosgoro serta Pak Gandhi, Musyawarah Keluarga Bersama (MKGR).

Asistennya juga. Satu lagi Suhardiman. Masih ada lagi yang belum pernah muncul sampai saat ini. Gakari. Mayjen Gatot Swagio. Propam Angkatan Darat Angkatan Darat. Ini pendahulu Golkar Sekber. Nah, setelah tahun 1971 dia ikut pemilu ya?

Dijadikan kelas pekerja. Kami unggul. Sampai tahun 1997 menang. Reformasi. 1998. Pemilu lagi tahun 1999. Kalau kita tidak melakukan perubahan. Setelah reformasi, akhirnya dibubarkan.

Saat itu dibubarkan. Saya menjadi Presiden Golkar bukan karena saya hebat. Prajurit itu meminta maaf. Turun, semuanya. Saya aktivis mahasiswa 77-78 di ITS Surabaya.

Akbar Tanjung mengatakan, Wan Kau menjadi Presiden Golkar.

Kalau saya tidak jadi presiden Golkar, saya tidak akan mampu. Saya Kepala Perumahan Jawa Timur di Surabaya. Saat itu, kompleks apartemen saya sedang dibangun. Bayangkan saya seorang pengusaha yang didaulat menjadi Presiden Golkar.

Arek Surabaya 45. Jadi setelah itu Golkar berubah. Golkar bukanlah partai independen. Jadilah Pihak Independen. Ini sedang berubah, ya. Tidak mandiri adalah mandiri. Pesta yang dibuka sebelumnya tidak terbuka. Itulah keputusannya.

Mandiri artinya tidak bergantung pada pemerintah?

Jangan bergantung pada orang lain. Bukan hanya pemerintah, kepada siapa pun. Dia berdiri sendirian. Masalah anggaran, masalah politik, keputusan. Ini harus datang dari diri Anda sendiri.

Ini pesta modern. Manajemen harus terbuka. Mandiri, terbuka, modern. Kalau kepemimpinan Pak Airlangga tertutup. Ada bisikan dan kemudian ada keputusan. Semua orang terkejut.

Tidak mandiri. Saya menjadi anggota Fraksi Partai Golkar selama lima periode, mulai tahun 1997. Orde baru. Saya sudah berada di Senayan. Tahun 1994, masa Pak Airlangga. Pertemuan faksi.

Meski seharusnya begitu, kami istirahat sebentar. Harus ada pertemuan faksi pelindung. Ketua Umum Partai memberikan arahan kepada seluruh anggota fraksi.

Untuk turun ke daerah tersebut. Aspirasi masyarakat didengarkan dan dilaporkan ke DPP. DPP tidak pernah mengambil kebijakan. Sebab, Partai harus mendengarkan aspirasi rakyat. Pasti menarik. Periksa dan periksa lagi.

Apakah ada kebijakan yang tepat untuk hal ini atau tidak? Simak dulu dibawah ini. Oh, itu tidak benar. Seharusnya diubah karena partai ini adalah partai rakyat. Pesta pembukaan. Satu-satunya yang bisa saya akui. Partai terbuka di Indonesia adalah Golkar.

Nah, kita tahu kan bagaimana Pak Soeharto memimpin selama puluhan tahun? Ketua Dewan Direksi. Namun saat itu belum ada reformasi. Anak Pak Harto.

Lantas sekarang apa bukti independensi Pak Airlangga memimpin Golkar? contoh apa?

Berikut ini banyak contohnya. Tapi ini keputusan naas Munas Bali 2019. Munas 2019 ada delapan calon.

Beberapa proses memerintahkan penarikan. Sampai kami tinggal bersama, saya dan Pak Airlangga. Diperintahkan untuk mundur.

Jadi Pak Ridwan disuruh mundur demi kemerdekaan?

Saya tidak mau

Siapa yang memesan?

Ya, jangan sebutkan itu.

Lagipula, siapa yang punya kuasa, kan?

Ya. Tapi dia tidak akan mati.

Apakah Pak Ridwan memerintahkan untuk mundur?

Tidak bisa kembali ke pesta yang menyerahkanku. Jangan sampai yang lain, lalu salam. Di forum. Saya tidak punya waktu untuk berbicara. Menyampaikan visi dan misi sebagai calon presiden umum.

Saya tidak setuju lagi. Ada jejak digital. Saya tidak setuju Presiden Airlangga diputuskan menjadi calon presiden. Lalu, beginilah keinginan Anda menjadi calon presiden. Jangan maju.

Oh, apakah kamu tidak berani maju ke depan?

Jangan maju.

Apakah itu berarti tidak ada kebebasan?

Ia tidak independen karena harus melaksanakan keputusan Munas. Jika Anda tidak berani, Anda harus pensiun.

Dimana perubahan Musyawarah Nasional?

Ya, Munas tidak bisa dilaksanakan. Hal ini tidak independen.

Kenapa kamu tidak mencalonkan diri sebagai presiden terus dan kamu kenal Cak Ridean?

Ya, semua orang tahu. Saya bukan satu-satunya yang tahu jika kita terus melanjutkan ini bisa menjadi akhir yang serius dan akhir sejarah, bukan?

Apakah Golkar pernah mengalami hal itu?

Akbar Tanjung pernah bilang, itu dipolitisasi.

Saat Buloggate (penyalahgunaan dana), dia ditahan di kejaksaan. Kami telah berada di kantor kejaksaan selama sebulan. Dia tetap dalam kasus pengadilan sampai Mahkamah Agung. Alhamdulillah.

Maksudnya Cak Ridwan, Airlangga harus punya karakter seperti itu?

Ayo masuk penjara, itu risikonya. Kalau tidak bagus, jangan jadi politisi, Ketua Umum Golkar.

Oh, itu masalahnya?

Ini masalahnya, saya tidak menolak Gibran lho. Elektabilitas Gibran Tinggi karena Jokowi, Benar? Namun prosesnya harus melalui Musyawarah Nasional, bukan Rapimnas.

Nah, inilah saya. Saya berbicara langsung tentang Munaslub… Jadi istilah Munaslub saya terbitkan pada bulan Juli 2020. Dan saya. Saya sampai di kantor Pak Airlangga jam 5 sore.

Diterima di kantor Menteri Koordinator. Gan, begini, begitu, begitu. Tidak bagus. Buat sumbu keempat.

Kalau Pilpres waktu itu ada Pak Anies, ada Mas Ganjar, ada Pak Prabowo. Haruskah Pak Airlangga menjadi ace keempat?

Dan itulah Dewan Pakar resmi saya. Saya tidak peduli. Ini adalah Dewan Pakar. Beberapa di antaranya merupakan pakar Golkar. secara resmi

Jika Anda melihatnya, Anda pasti kalah, bukan?

Ya, tidak masalah.

Tidak masalah, kan? Menang dan kalah tidak masalah bukan?

Saya mencalonkan diri pada Pilkada Jatim sebanyak dua kali. 2003 didukung Gus Dur, PKB, Golkar. saya kalah

Tidak masalah?

Tidak masalah. Kemudian pada tahun 2008 maju lagi bersama PDIP Cak Sucipto, Sekjen PDIP. Kalau kalah, tidak apa-apa kalau bertanding.

Yang penting keberanian bukan?

Keduanya bersaing dan kalah. Ya, tolong jangan ikut pertandingan. Pasti ada pemenang dan pecundang. Ya kalau kalah kita dukung siapa?

Selain kelayakan, apa yang membuat Anda tidak berani?

Itu saja. Ya, saya ingin. Karena disandera tadi?

Ya, saya ingin. Aku baik-baik saja, nasibku memang seperti itu.

Saat Mas Airlangga Hartarto mengundurkan diri kemarin, kenapa Cak Ridwan kaget?

Belum setahun yang lalu seharusnya sudah ditarik. Jadi itu benar.

Bagaimana sekarang?

Kuncinya adalah lima paradigma baru Golkar. Jangan setengah hati.

Jadi jika Anda seorang perempuan, oh. Jangan berani-berani. Saya tidak perlu menjelaskan apa contohnya. Ada banyak contoh.

Akbar Tajung berani melanjutkan. Sampai saat terakhir, Anda harus berani. Memenangkan Golkar 2004.

Bahkan jika dia berisiko masuk penjara?

Masuk penjara. Jadi paradigma baru tidak bisa setengah-setengah.

Kalau setengah jadi, tidak apa-apa. Lingkari ini.

Yah, dia harus makan sendirian. Dari proses independensi Partai Golkar. Paradigma baru Golkar gan.

Ini bukan asal-asalan saja gan. Melalui proses meditasi ya sob. Jadi, jangan menjadi seorang wanita. Simbul Golkar jujur.

Ini adalah proses meditasi yang terjadi. Sejak usia tua. Makan Golkar seperti ini ampuh banget gan. (Jaringan Tribun/Reynas Abdila)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *