Ribuan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Banjiri Kantor Joe Biden, Aksi Bakar Diri Kembali Terulang

TRIBUNNEWS.COM – Ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina melancarkan demonstrasi besar-besaran di luar Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu (5/7/2024).

Mereka mengutuk serangan militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan Lebanon.

Anadolu Agency melaporkan bahwa pengunjuk rasa berkumpul di Lafayette Park dan kemudian bergerak melalui jalan-jalan di Washington City.

Mereka meneriakkan “kebebasan Palestina” dan menuntut pemerintah AS berhenti mengirimkan senjata ke Israel.

“Hentikan semua bantuan AS kepada Israel, hentikan genosida,” kata mereka.

“Dukung Palestina. Hentikan pendidikan sekarang,” kata mereka, menyerukan gencatan senjata.

Medea Benjamin, pendiri kelompok advokasi CODEPINK, mengatakan rakyat Amerika ingin negaranya berhenti mengirimkan senjata ke negara Yahudi.

“Jajak pendapat publik menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya menginginkan gencatan senjata, mereka juga ingin menghentikan pasokan senjata Israel,” kata Benjamin.

Dia mengkritik bantuan Amerika kepada Israel karena menginvasi Gaza. Ia mengatakan tindakan AS hanya mengakibatkan banyak korban jiwa dan kehancuran.

Menurut Benjamin, Israel sudah kehilangan simpati dan kini banyak dibenci.

“Sekarang Israel adalah negara yang dibenci oleh masyarakat di seluruh dunia. Saya seorang Yahudi. Ini tidak baik bagi orang Yahudi. Hal ini tidak baik bagi Amerika Serikat karena masyarakat di seluruh dunia sadar akan peran yang dimainkan Amerika Serikat.”

Pengunjuk rasa Yahudi lainnya, Liana Smith, juga marah atas peran Amerika dalam pembantaian di Gaza dan tempat lain, termasuk Lebanon, Yaman, dan Suriah.

“Sebagai seseorang yang mengaku Yahudi, saya menganggap hal ini menjijikkan karena dilakukan atas nama Yudaisme. Ini tidak ada hubungannya dengan nilai-nilai Yahudi.”

“Ini ada hubungannya dengan Zionisme dan kolonialisme pemukim dan itulah mengapa kami ada di sini karena ini sudah berlangsung selama satu tahun dan harus diakhiri.”

Pernyataan serupa juga disampaikan aktivis Carrie Muniak yang menyerukan diakhirinya bantuan senjata ke Israel.

“Apa yang terjadi pada warga sipil Palestina yang tidak bersalah adalah genosida,” kata Muniak.

Muniak menyebut Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden telah melanggar Leahy Act. Menurut konstitusi, Amerika harus menangguhkan bantuan militer ke negara lain jika terdapat bukti pelanggaran hak asasi manusia.

Sementara itu, salah satu anggota gerakan pemuda Palestina mengatakan demonstrasi tersebut untuk memperingati satu tahun pembantaian di Gaza.

“Kami di sini hari ini untuk memperingati peringatan genosida. “Tetapi ini bukan hanya setahun sejak genosida, tapi tahun perlawanan, perlawanan terhadap genosida, perlawanan terhadap genosida ini, perlawanan terhadap hegemoni Barat yang berusaha melumpuhkan rakyat kita, yang berusaha membebaskan diri setiap hari,” katanya. .

“Jadi di sini kita berada di depan Gedung Putih memaafkan pembantaian ini,” tambahnya.

Sementara itu, seorang pengunjuk rasa dan jurnalis mencoba membakar diri selama demonstrasi.

Api yang membakar lengan kirinya kemudian dipadamkan oleh pihak keamanan.

Dia mengungkapkan kemarahannya terhadap media arus utama karena mengabaikan penderitaan rakyat Palestina dan menyebarkan informasi yang salah. AS terus mendukung Israel

Joe Biden terus mendukung Israel meski jumlah korban tewas dan terluka di Gaza terus meningkat.

Sementara itu, Wakil Presiden AS Kamala Harris menyatakan tidak memiliki keinginan untuk mengubah kebijakan AS terkait bantuan militer ke Israel.

Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump juga menunjukkan dukungannya terhadap rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Bahkan, dia mengaku sebagai sahabat Israel.

Seorang pengunjuk rasa bernama Dias keberatan dengan sikap AS yang lebih memihak Israel.

“Amerika telah memperjelas prioritasnya, dan prioritas itu bukanlah rakyat Amerika, prioritas mereka adalah Israel,” kata Dias seperti dikutip TRT World.

Dia mengatakan bahwa pemerintah mengabaikan banyak masalah seperti utang, pajak yang tinggi dan lain-lain hanya untuk memberi Israel banyak uang dan senjata.

(Berita Tribune/Februari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *