Laporan jurnalis Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaza
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia berencana mencapai pendapatan per kapita sebesar US$30.000 pada tahun 2045.
Saat ini pendapatan per kapita Indonesia masih US$4.500.
Kementerian Koperasi dan UKM akan memastikan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045 dengan meningkatkan produktivitas usaha kecil dan menengah yang akan menjadi modalnya.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, lima landasan telah disiapkan untuk transformasi usaha kecil dan menengah yang memiliki nilai tambah lebih dan efisiensi tinggi.
Landasan pertama adalah merencanakan peningkatan angka kewirausahaan nasional melalui penyelenggaraan Entrepreneurship Center.
“Tujuan kita adalah melahirkan wirausaha-wirausaha baru, berkembang dengan ekonomi baru dan produk-produk baru, kita ingin menciptakan kue ekonomi yang lebih besar agar pelaku UKM naik kelas,” kata Teten dalam acara KTT Hari UMKM Nasional 2024 di Palembang. Keterangan tertulis, Sabtu (7/09/2024).
Landasan kedua adalah penguatan skala Usaha Mikro Kecil melalui koperasi petani dan nelayan.
Contohnya adalah minyak nabati merah di perkebunan kelapa sawit skala kecil seluas 1.000 hektar (ha) dan SOLUSI (koperasi energi surya untuk perikanan).
Dikatakan, mulai saat ini usaha kecil dan menengah dapat menjadi bagian dari program subindustri dan industrialisasi.
Pilar ketiga adalah penguatan inovasi dan teknologi pada skema rantai pasok industri melalui Rumah Produksi Bersama yang dikelola oleh koperasi.
“Yayasan ketiga ini kami harapkan dapat mendorong terbangunnya industrialisasi di berbagai sektor UMKM yang akan segera kami luncurkan,” kata Teten.
Pilar keempat adalah peningkatan kualitas dan daya saing produk Usaha Mikro dan Kecil melalui Jasa Packing House.
Pilar kelima adalah pembiayaan inovasi melalui Klaster KUR (Pinjaman Usaha Rakyat), Credit Scoring dan Pembiayaan Koperasi sektor riil melalui LPDB-KUMKM.
Teten mengatakan pemerintah menargetkan mengalokasikan 30 persen pinjaman perbankan kepada usaha kecil dan menengah, dibandingkan saat ini yang hanya 20 persen. Berbagai inisiatif juga dilakukan.
“Salah satunya KUR dengan Innovative Credit Scoring (ICS) dan sedang mencari alternatif pembiayaan, modal ventura melalui Security Crowdfunding (SC) dan pembiayaan melalui LPDB-KUMKM khususnya untuk koperasi di sektor manufaktur,” kata Teten.